PEMBERITAAN media yang gencar seputar harta Mayangsari di Purwokerto , kini mulai ditanggapi oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan. Belakangan ini, khususnya oleh media infotainmen, gencar diberitakan Mayangsari setelah menikah dengan putra kedua mantan Presiden RI, Soeharto, Bambang Trihatmodjo, memiliki harta berlimpah ruah di kampung halamannya.
Seperti dikabarkan, Mayang telah membeli pusat perbelanjaan terbesar di Purwokerto, Moro dari pemilknya, Made, lalu dikabarkan pula Mayang memiliki rumah makan Warung nDeso di Jl. Raya Baturraden, Banyumas TV hingga salah satu asset Pemerintah Kabupaten Banyumas. Yakni lahan seluas dua hektar eks terminal lama.
Benarkah demikian? Adi Putranto selaku Duty Manager Promotion Moro menegaskan, kabar tersebut hanyalah isu. “Itu tidak benar. Moro masih dimiliki oleh pemilik lama. Munculnya pemberitaan itu, entah siapa sumbernya, memang menjadikan banyak warga bertanya-tanya soal kebenaran kabar tersebut,” ujarnya.
Diakuinya, meskipun diberitakan secara gencar, namun tidak ada dampak negatif pada Moro. “Justru Moro semakin banyak dikunjungi pembeli. Ini merupakan gratis,” ujarnya.
Disinggung apakah pemilik Moro juga pernah bertemu dengan Mayangsari untuk melakukan negosiasi bisnis, Adi Putranto mengaku tidak tahu. “Kalau masalah pernah ada pertemuan dengan Mayangsari, saya tidak tahu. Tapi senyatanya Mayangsari saat ini tidak ada sangkut pautnya dengan kepemilikan Moro,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, Drs Nurfatah MBA selaku pemilik Rumah Makan Warung Ndeso dengan menu khasnya gurami bakar, mengungkapkan, pemberitaan media selama ini, termasuk di TV, memang berdampak positif pada Warung Ndeso.
“Kami jadi terkenal. Namun ada juga dampak negatifnya. Pekan lalu, gara –gara berita itu, sekelompok ibu-ibu dari Jawa Barat yang semula memesan 600 paket menu makan siang, dibatalkan. Alasannya, mereka tidak senang dengan Mayang yang merebut suami orang,” ujar Nurfatah yang juga dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini.
Dinilainya, selama ini pemberitaan media sudah tidak berimbang. “Saya tidak [pernah dikonformasi mengenai hal itu. Saya sendiri tidak tahu, itu sumber dari
mana. Yang jelas, Rumah makan ini murni milik saya dan tidak ada sangkut pautnya dengan Mayangsari,” ujar Nurfatah yang juga pengusaha furniture di Jogjakarta ini.
Kabar lainnya yang cukup snater adalah soal pembelian Banyumas TV. Direktur Bms TV Ir Firdaus mengungkapkan, sejak Januari 2008 Bms TV sudah diakuisisi oleh Media Nusantara Citra Tbk (MNC) melalui Sun Televisi Network (STN). ”Mereka telah menguasai 60 persen saham Bms TV. Sedangkan 40 persen lainnya masih dipegang investor lokal,” jelasnya.
Dihubungi secara terpisah, Rabu (2/4), kabag Humas Pemerintah Kabupaten Banyumas, Drs. Akhmad Supartono mengemukakan, tidak benar jika lahan eks terminal Purwokerto seluas 2 hektar yang telah dikosongkan kurang lebih 2 tahun, telah dibeli Mayangsari.
“Sejauh ini belum ada rencana mengembangkan lahan eks terminal itu. Saat ini, kami masih menunggu kepastian dari DPRD Banyumas mengenai kelanjutan lahan itu,”
jelasnya.
Dijelaskan, ada wacana lahan itu akan dibangun kawasan campuran, yakni dibangun mall, kawasan pedagang kaki lima (PKL) dan kompleks perdagangan lainnya. “Jika
akan diputuskan untuk pembangunan kawasan campuran, yang nantinya dibangun mall, maka Mayangsari bisa saja jadi investornya. Namun sejauh ini kan baru proses,
mau diapakan lahan itu. Jadi ndak benar kalau sudah dibeli Mayangsari,” tegasnya.
Keluarga Mayangsari sendiri tak habis pikir dengan pemberitaan itu. Adik Mayangsari, Sri Renggo Widya Retno menegaskan, semua beritanya ngarang sendiri’ “Banyak yang ngarang,” katanya. (*/abi/bersambung)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.