Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Komunitas Yoyo di Indonesia

Kompas.com - 21/04/2008, 01:39 WIB

Siapa yang tidak kenal yoyo? Mainan yang berbentuk silinder dengan celah di tengah untuk dikaitkan tali itu merupakan salah satu permainan anak-anak yang populer di Indonesia.
   
Cara memainkan yoyo pun cukup sederhana. Yakni "hanya" dengan melemparkan yoyo yang terkendali tali kemudian menariknya kembali sehingga tali pada celah silinder menggulung dan yoyo kembali ke tangan si pelempar.
   
Tapi bagi para pecinta permainan yoyo yang tergabung dalam Komunitas Yoyo Indonesia (sering disingkat sebagai Yo-In), bermain yoyo bukan sekedar melemparkan dan menangkap kembali yoyo. Variasi permainan Yoyo telah begitu berkembang dengan banyak trik.
   
Kini sebulan sekali, para anggota komunitas yang tergabung dalam milis yoyoindonesia@ yahoogroups. com itu berkumpul untuk berbincang, berlatih dan bertukar ilmu tentang yoyo. Tempat berkumpul yang dipilih kali ini terletak di depan kolam renang di Senayan, Jakarta.

Sebagaimana terjadi pada Sabtu, pekan lalu, sekitar 15 pecinta yoyo yang kebanyakan masih berusia belasan tahun berkumpul untuk "berguru" kepada pendiri komunitas dan "Bapak" Yoyo Indonesia, Oke Rosgana (33). "Anggota komunitas ini sekitar 180 orang dari seluruh Indonesia, tapi yang aktif hanya sekitar 30 orang," kata Oke.
   
Satu persatu anggota komunitas itu datang, memberi salam kepada Oke dan yang lain. Sekejap  kemudian mereka mengeluarkan perlengkapan masing-masing dan mulai memainkan yoyo.

Jika kebanyakan anak-anak bermain yoyo dengan "seadanya", tidak begitu halnya dengan komunitas ini. Mereka membawa serta beberapa koleksi yoyo serta perlengkapan pendukung seperti tali atau bahkan sarung tangan.

Mulai berkumpul sekitar pukul 10.00 WIB, Oke menyebutkan para pecinta yoyo itu bisa berkumpul dan bermain hingga sore hari. "Acara kumpul-kumpul ini bisa berlangsung hingga pukul 6 petang, dan kadang-kadang masih dilanjutkan dengan acara jalan-jalan ke mal," katanya.
   
Komunitas Yoyo itu didirikan Oke pada 2005, setelah ia memenangi kontes "30 Menit Menjadi Bintang" yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi swasta nasional. Peristiwa itu meyakinkannya bahwa permainan yoyo masih sangat diminati di Indonesia.
   
"Saya bentuk milis agar yoyo semakin dikenal," kata Oke dan menyebutkan bahwa anggota komunitasnya yang telah mencapai 180 orang dari seluruh Indonesia, terutama dari Jakarta, Bandung dan Subang, itu selain bertukar trik, juga menggunakan kesempatan itu untuk saling bertukar koleksi.
 
Awas "adiktif"
Namun berhati-hatilah terhadap permainan yoyo. Angga Pradipta (14), siswa Academic College Groups International School (ACGIS) Jakarta mengaku bahwa seseorang bisa menjadi "adiktif" terhadap permainan yoyo. Ia mengaku bisa bermain yoyo hingga pukul 03.00 pagi.
   
Hanya saja "kerja kerasnya" itu terbayar ketika Angga dapat menguasai trik yoyo yang disebut Three A , trik yang paling sulit untuk dilakukan karena membutuhkan koordinasi dua tangan yang menggunakan dua yoyo.
   
Pertandingan yoyo dibagi dalam lima divisi, mulai dari One A hingga Five A. Tahun 2007, Oke menyelenggarakan kompetisi yoyo nasional di Ancol yang disponsori oleh Duncan, perusahaan yoyo tertua dari Amerika Serikat.
Namun saat itu Oke hanya menyelenggarakan satu kategori dalam perlombaan itu, Divisi One A, yang merupakan trik dasar yoyo dengan hanya menggunakan satu yoyo. Saat itu Angga menjadi pemenang kedua.
   
"Saya paling suka main One A karena ini dasarnya. Saya bisa mengeksplorasi banyak trik disini," papar Angga.
   
Trik yoyo lain di antaranya ialah off string. Dengan trik ini tali yoyo tidak diikat sehingga yoyo sekali-kali akan terbang bebas dan ditangkap kembali serta divisi Five A yang menggunakan dadu atau pemberat lainnya pada ujung tali untuk digunakan sebagai alat bantu dalam bermain.
   
Permainan Five A ini menjadi favorit Alex Averil (15), siswa SMPK Penabur 7 Kebon Jeruk Jakarta. Prestasinya pernah membawanya untuk menjadi juri pertandingan yoyo tingkat nasional.

"Saya spesialis Five A di Indonesia. (Saya) suka karena banyak tantangannya," tutur Alex bangga sambil tak henti-hentinya memutar yoyo dengan dua dadu di antara talinya.

Permainan internasional
Tidak ada yang tahu pasti tempat asal permainan yang dipercaya berasal dari China tersebut. Namun beberapa sejarahwan melacak yoyo dan menemukan catatan tertulis yoyo yang tertua berasal dari Yunani pada tahun 500 SM, demikian menurut laman www.spintastics. com.
   
Pada saat itu yoyo dibuat dari berbagai bahan seperti kayu, logam maupun tanah liat. Dikisahkan, seorang anak lelaki yang beranjak dewasa harus mempersembahkan semacam permainan bagi para dewa dan yoyo adalah salah satu persembahan favorit. Sebuah lukisan pada vas bunga pada periode itu juga menunjukkan gambar seorang bocah lelaki sedang bermain yoyo.
   
Cerita lain menyebutkan yoyo berasal dari Filipina, tempat seorang pemburu menunggu mangsanya di atas dahan pohon dan melemparkan batu yang diikat tali kepada hewan buruan yang lewat di bawahnya. Jika lemparannya meleset, si pemburu tidak perlu turun dari pohon untuk mengambil batunya dan cukup menarik talinya saja, sebagaiman permainan yoyo saat ini.
   
Beragamnya cerita yoyo menunjukkan bahwa permainan ini memang bukan hanya permainan bagi anak Indonesia, melainkan sebuah permainan internasional.
   
Bagi para anggota komunitas Yo-In, sifat global yoyo mereka buktikan dari kerapnya mereka berhubungan dengan para penggemar yoyo dari negara lain lewat dunia maya alias internet. Karena tak ada perusahaan lokal yang memproduksi yoyo berkualitas, para anggota komunitas ini awalnya menggunakan internet sebagai sarana untuk membeli yoyo.

Namun pecinta yoyo juga menggunakan berbagai forum yoyo untuk saling bertukar informasi bahkan untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Oke, misalnya, menjadi ilustrator tetap yoyo pada sebuah perusahaan yoyo luar negeri. Untuk hobi menggambarnya itu, Oke tidak pernah memungut bayaran berupa uang.
   
"Saya lebih suka kalau dibayar pakai yoyo. Jadi saya minta perusahaan itu mengirimi saya yoyo saja. Saya bahkan punya yoyo dengan edisi terbatas, hanya dibuat 30 buah di dunia," katanya bangga.
   
Angga juga melakukan hal yang hampir serupa. Dengan keahliannya bermain yoyo, ia membuat video tutorial yoyo yang dimuat pada situs layanan berbagi video YouTube yang kemudian menarik perhatian sebuah perusahaan yoyo yang memintanya membuat video serupa lebih banyak untuk perusahaan tersebut.
   
Sebagai bayaran, Angga meminta dikirimi yoyo dari berbagai jenis, karena mendapatkan yoyo yang bermutu bagi para pecintanya itu lebih berharga daripada dibayar dengan uang.
   
Sementara Alex juga memanfaatkan internet untuk mendapatkan yoyo "gratis" bagi dirinya. "Saya adalah distributor spinworkx (satu merek yoyo) di Indonesia. Jadi kalau mau pesan yoyo, bisa lewat saya," katanya setengah berpromosi.
   
Namun para anggota komunitas itu rata-rata menolak untuk menjadikan yoyo sebagai "mata pencarian". Bagi mereka, yang penting adalah asyiknya bermain yoyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com