Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Bandang di Kampung Naringgul

Kompas.com - 18/01/2009, 02:14 WIB

Neli Triana

Februari tahun lalu tiba-tiba air bah datang menerjang. Tidak pernah terjadi sebelumnya kami melihat air mengamuk menghanyutkan 24 rumah dan bangunan di kampung ini,” kata Dayat Hidayat (54), Ketua RT 1, Kampung Naringgul, Sabtu (17/1).

Banjir bandang terjadi hanya kurang dari satu jam, tetapi kerusakan yang terjadi, katanya, membuat warga terus merasa takut sampai sekarang.

Sulit dipercaya, kampung yang dilanda banjir bandang ini berada 1.200 meter di atas permukaan laut, tepatnya di sekitar Puncak, Bogor! Naringgul merupakan bagian dari wilayah administrasi Desa Tugu Selatan, Cisarua, Kabupaten Bogor, terletak di ketinggian lereng Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango.

Ketika berjalan di sekitar Kampung Naringgul, Dayat bercerita, kampungnya terbelah oleh Sungai Cikamasan, salah satu dari puluhan sungai pembentuk hulu Ciliwung. Dalam 10 tahun terakhir, lahan seluas 2.400 meter persegi di desanya hanyut terbawa erosi sungai.

Saat banjir bandang menghantam Naringgul, dua keramba besar yang mampu menghasilkan 1,4 ton ikan setiap panen turut hancur. Hingga kini, mata pencaharian sampingan penduduk Naringgul selain sebagai petani teh ini belum bisa dibangun ulang. Pipa-pipa yang mengalirkan air dari sungai menuju rumah-rumah untuk memenuhi kebutuhan penduduk pun hanyut terbawa banjir.

Dayat juga menunjukkan cekungan lebar di dinding sungai yang terjal akibat gerusan banjir bandang dan erosi. Dinding tanah terbuka menampakkan warna coklat kemerahan, hanya sedikit ditutupi tumbuhan alang-alang dan tegakan pohon. Akibat erosi, aliran sungai pun bergeser sekitar 30 meter menjauhi batas desa dan makin menyempit saat musim kemarau tiba.

”Kalau Cikamasan saja dirusak begini, air yang mengalir ke hulu Ciliwung hingga Jakarta sudah pasti tambah merusak. Tidak heran kalau saya dengar bencana banjir di Jakarta makin sering terjadi,” kata Dayat.

Menurut dia, lahan hijau di bantaran Cikamasan yang tergerus pembangunan vila, perkebunan, dan permukiman penduduk bisa dipastikan sebagai penyebab erosi dan banjir bandang. Sampai kini, ia belum melihat ada upaya signifikan pengaturan tata guna lahan di sana.

Saat hujan mulai deras mengguyur di akhir Januari ini, kecemasan menyelimuti hati 697 warga Naringgul. Apalagi, Kamis lalu, banjir bandang kembali melanda meski hanya menghanyutkan jembatan penghubung antara RT 01 dan RT 02, Desa Tugu Utara. Jika intensitas hujan makin tinggi, itulah kecemasannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com