Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Nikotin Lampaui Korban Naziisme

Kompas.com - 03/05/2010, 06:47 WIB

Jakarta, Kompas  - Penyair veteran Taufiq Ismail masih tetap galak. Acara peluncuran buku Tiada Kata Menyerah tentang perjalanan 20 Tahun Yayasan Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok 1990-2010 di Gedung Trisula Perwari, Menteng, Sabtu (1/5), yang monoton, menjadi hidup dengan pembacaan dua buah puisinya tentang rokok. Menteri Kesehatan Dr Endang Rahayu Sedyaningsih menyatakan, pidatonya menjadi ”kering” dibanding puisi dan orasi Taufiq.

Puisi pertama Taufiq berjudul ”Indonesia Keranjang Sampah Nikotin Dunia” terasa normatif. Namun, puisi keduanya tentang doa para pemimpin umum perusahaan rokok Indonesia amat mengentak karena bernada keras dan amat sinis mengkritik ketidakberdayaan Pemerintah Indonesia melindungi rakyatnya dari bahaya asap rokok.

”Kita patut bersyukur karena para pejuang revolusioner yang merelakan nyawanya untuk rokok di negeri ini terus bertambah. Indonesia adalah negara dengan kematian terbesar ketiga karena asap rokok setelah China dan Amerika Serikat yaitu 400.000 jiwa per tahun,” ujar Taufiq.

Dia memuncaki puisi keduanya dengan orasi tentang bahaya ”nikotinisme” yang melampaui gabungan Naziisme dan komunisme. ”Saat ini rata-rata kematian akibat nikotin di dunia mencapai empat juta jiwa per tahun, sementara Naziisme tahun 1933-1945 dan komunisme dunia hanya 3,7 juta jiwa per tahun.”

Menkes Endang, dalam sambutannya, menegaskan, ia tidak menjanjikan hasil bagi upaya penanggulangan bahaya merokok, tetapi ia menjanjikan upaya maksimal walaupun menghadapi banyak tantangan. (IJ)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com