Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengawinkan Tari Tradisional dan Tari Modern

Kompas.com - 06/10/2010, 15:48 WIB

KOMPAS.com - Anda pernah belajar tarian daerah? Atau saat ini sebagai orangtua, Anda sedang memberikan dukungan kepada si kecil untuk berlatih tari daerah? Kegemaran menari terutama tarian tradisional menjadi keterampilan dasar. Selanjutnya, jika ingin mengembangkan minat tari dengan kolaborasi seni tari modern, sah saja. Tarian menjadi semakin kaya.

Inilah yang ditunjukkan 38 finalis Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) 2010 dari 33 provinsi, saat Malam Bakat yang digelar di Bar Mistere, Hotel Ritz-Carlton Jakarta, Selasa (5/10/2010) lalu. Mayoritas perempuan muda ini mengenakan ragam busana daerah asal masing-masing. Dengan antusias, para puteri daerah ini memeragakan keterampilan menari, bernyanyi, membaca puisi, monolog budaya, dan menariknya, sebagian dari peserta mengkolaborasikan tari tradisional dengan tari modern.

Dalam pertemuan Kompas Female dengan dancer profesional Adhisty Juliani Kampono beberapa waktu lalu, ditemukan fakta bahwa potensi seni tari modern Indonesia masih dipandang sebelah mata di Asia. Namun, begitu tahu kekayaan seni tari modern yang dikolaborasikan dengan tari dan budaya tradisional, mata dunia menjadi lebih terbuka, kata Adhisty.

Kekayaan tarian khas nusantara semestinya memang dilestarikan oleh anak muda. PPI mencoba membuktikan anak muda tak melupakan seni budaya tradisional. Caranya dengan rutin menggelar Malam Seni & Budaya atau Malam Bakat setiap tahun saat masa karantina calon Puteri Indonesia. Antusiasme anak muda memeragakan seni tradisi daerah terlihat dari kontestan juga mempersiapkan diri dengan matang. Anak muda mulai usia 18 tahun menunjukkan bahwa tarian daerah atau seni tradisional lain menjadi salah satu keterampilannya.

"Setiap tahun semakin kreatif, dan finalis tampil semakin percaya diri," kata pendiri Mustika Ratu Mooryati Soedibyo kepada Kompas Female seusai Malam Bakat PPI 2010. Pernyataan ini diamini Puteri Indonesia 2005 Nadine Candrawinata yang bertindak sebagai juri Malam Bakat PPI 2010.

"Kreativitas peserta semakin unik. Mereka juga semakin percaya diri dan berani mengawinkan dua budaya sekaligus dalam tariannya. Seperti peserta dari Jawa Barat yang melakukan kolaborasi tari tradisional dan modern. Kontestan tak hanya mahir memeragakan peralatan yang dibawa, tetapi juga ekspresif," kata Nadine.

Antusiasme anak muda memeragakan seni tradisi daerah terlihat dari kontestan yang mempersiapkan diri dengan matang. Anak muda mulai usia 18 tahun ini menunjukkan bahwa tarian daerah atau seni tradisional menjadi salah satu keterampilannya.

Puteri Indonesia 2009 Qory Sandioriva juga menunjukkan antusiasmenya menyaksikan ragam tarian tradisional ini. Saat menyaksikan kontestan dari Aceh memeragakan paduan Tari Saman dan Tari Seudati, Qory terlihat sumringah.

"Hanya orang Aceh yang bisa memeragakan tarian dari Aceh dengan teknik yang benar," komentarnya atas peragaan tari yang dibawakan Juliana Puspita (23) dari Aceh.

Tahun depan, dalam ajang yang sama, diharapkan akan lahir lagi generasi muda yang peduli dengan seni tari tradisional. Persiapan yang lebih matang dan berbeda dengan keunikan daerah semestinya lebih diangkat lagi.

"Peserta harus mencari yang berbeda saat menunjukkan bakatnya. Seperti saat ini dengan banyaknya kolaborasi tari yang unik. Kreativitas perlu lebih digali lagi agar penampilan lebih menarik dan memeriahkan suasana," komentar Puteri Indonesia Lingkungan Zukhriatul Hafizah saat menyaksikan Malam Bakat PPI 2010 lalu.

Puteri Anda kah nantinya yang akan membuka mata dunia melalui peragaan tarian nusantara?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com