Saya Menikmati Akting...

Atiqah remaja berjalan sedikit canggung ke tengah panggung. Wajahnya menunduk, tangannya menjunjung semacam lentera. Suasana temaram membuat sosok Atiqah yang berkebaya putih tampak menonjol. Di tengah-tengah penonton, beberapa anak muda bersiul pelan. ”Aduh cantiknya,” kata salah seorang pemuda.

Itu adalah suasana pergelaran teater Satu Merah Panggung pimpinan Ratna Sarumpaet, ibu Atiqah, akhir tahun 1990-an di STSI Bandung, yang diikuti Atiqah. Kami menontonnya saat itu ketika Atiqah masih belia.

”Wah, kok Mas masih ingat?” katanya sedikit kaget. Dia sendiri sudah lupa dengan pentas itu, termasuk judul lakonnya. 

Atiqah memang bukan orang baru di dunia akting. Sejak remaja dia sudah dilibatkan ibunya dalam sejumlah pentas teater. ”Awalnya sih, aku belajar teater karena dipaksa oleh ibu ha-ha-ha,” katanya.

Ketika remaja, kata Atiqah, dia justru membayangkan akan terjun ke dunia media. ”Makanya, selepas SMA aku belajar media studies di Australia. Kalau liburan, aku magang di Metro TV dan Trans TV,” katanya.

Atiqah merampungkan kuliah tahun 2002. Setelah itu, dia dihadapkan pada dua pilihan: bekerja di perusahaan atau menjajal lagi dunia akting. Ternyata godaan untuk terus main teater terlalu kuat buat Atiqah. Tahun 2003, Atiqah main untuk pertama kalinya sebagai pemeran utama dalam pentas ”Anak-anak Kegelapan”. Ternyata respons orang bagus dan Atiqah ketagihan.

Setelah puas menekuni teater, Atiqah merambah dunia film dan FTV. Tahun 2006, dia memulai debutnya di dunia film lewat Berbagi Suami.

”Saya merasa passion saya ada di akting. Saya menikmati akting,” ujarnya. (BSW)