Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Apa dengan Cinta?

Kompas.com - 13/02/2011, 04:06 WIB

Samuel Mulia

”Tak ada apa-apanya. Yang apa-apa itu kamu. Yaa... kamu.” Begitu selesai menuliskan judul seperti yang Anda baca di atas, nurani saya langsung bersuara mengeluarkan kalimat menuding itu. Padahal, saya lagi bersemangat menuliskan soal cinta, apalagi esok hari manusia sejagad raya merayakan hari kasih sayang.

Hormati

Di twitter ada yang bilang begini. ”Mas nulis soal cinta dong. Mas paling bisa tu kalau udah nulis yang satu ini.” Saya bingung. Jam terbang yang tinggi dalam soal cinta itu tak selalu membuat seseorang menjadi ahli.

Menulis itu bisa dimanipulasi. Bisa dibuat sebaik mungkin, bisa dibuat supaya penulisnya seperti seorang ahli, atau seprovokatif mungkin. Tergantung apa yang dikehendaki. Tapi pada kenyataannya, belum tentu seperti yang dituliskan. Jadi saya ini cumanya bisa ngeritik melulu, tapi disuruh menjalani nanti dulu.

Beberapa hari setelah itu, saya diwawancarai sebuah stasiun tivi dan bicara soal cinta. Wawancara itu akan ditayangkan pada program yang membidik penonton laki-laki. Saya katakan, hari kasih sayang itu kalau mau disambut dengan pakai baju pink, terus makan yang romantis, yaa... enggak masalah. Tapi buat saya yang lebih penting, hari itu dijadikan sebuah momen untuk membuktikan bahwa kasih sayang itu harus diwujudkan secara nyata dengan memberi penghormatan kepada pasangan.

Karena program tivi di atas untuk laki-laki, yaaa... perayaan hari istimewa itu harusnya digunakan sebagai wake-up call, apakah laki-laki sudah menghormati wanita sebagai pasangan dan akan menghormatinya setelah berlalunya hari kasih sayang itu? Kemudian saya bicara lagi, kalau laki-laki itu suka mukul karena memang punya bakat, mbok jangan pasangannya yang jadi sasarannya. Benahi diri dulu, baru memulai sebuah hubungan.

Saya ini kalau mau menjalin sebuah hubungan, ogah diperlakukan sama dengan balai keselamatan dan menolong supaya pasangan saya sembuh. Saya mau memulai hubungan dengan situasi yang sehat. Itu bukan karena saya pengecut tak mau menanggung risiko. Saya mau menanggung risiko setelah berhubungan, bukan menanggung risiko sebelum berhubungan.

Laki-laki itu seyogianya menghormati wanita dalam keadaan apa pun. Karena tak pernah ada berita kalau laki-laki bisa lahir dari laki-laki. Jadi kalau tidak ada wanita di dunia ini, dan kalau pun ada wanita, tetapi wanitanya mengatakan saya tak mau melahirkan, yaaa... maaf-maaf saja, tak ada laki-laki di dunia ini. Gitu kok berani kurang ajar sama yang ”memberi” peluang untuk ada di dunia ini.

Ingusan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com