Budi Suwarna
Tantri dan Chua terlihat lelah. Namun, begitu ada penggemar yang minta foto bersama, mereka langsung tersenyum dan bergaya. Ini semacam ”ritual” yang harus mereka jalani sebagai band yang sedang ngetop
Penggemarnya bermacam-macam, mulai remaja, ibu rumah tangga, petugas bandara, pramugari, hingga pilot pesawat. ”Kami sampai hapal gaya penggemar. Kalau yang minta foto penggemar laki-laki, mereka hampir pasti bergaya seperti raja minyak,” ujar Tantri.
Yang dimaksud gaya raja minyak adalah si penggemar berdiri di tengah sambil merangkul Tantri dan Chua. Kemudian mereka difoto bertiga.
Sebagai manusia biasa, Tantri dan Chua kadang merasa bosan. Namun, mereka sadar benar penggemar adalah segalanya dalam industri musik. Penggemarlah yang memberi mereka energi untuk bermusik, seperti yang tampak pada konser Kotak pertengahan Juli lalu di Town Center PT Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur.
Sejak gebukan drum pertama menggema, sekitar 1.500 penonton konser Kotak berteriak dan tepuk tangan panjang. Arena konser pun langsung panas ketika lagu pertama ”Rock Never Dies” yang energik dinyanyikan.
Lewat dua lagu, Kotak mendinginkan suasana dengan menyanyikan lagu-lagu pop rocknya, seperti ”Pelan-pelan”, ”Masih Cinta”, dan ”Selalu Cinta”. Kali ini giliran penonton remaja putri dan ibu-ibu yang hanyut. Mereka ikut menyanyi dari awal sampai akhir lagu, beberapa dengan mata berkaca-kaca saking senangnya bisa bernyanyi bersama band pujaan.
Kotak kembali menunjukkan keganasannya dengan menyanyikan lagu ”Beraksi”—sebuah lagu berisik yang menjadi anthem hampir di setiap konser Kotak.
”Hey yang ada di sana, yang ada di sini semua ikut bernyanyi. Hey, hey, yang datang di sini, jangan bikin keki, bikin suasana happy. Beraksi..., beraksi”.