Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Identifikasi Lama, Badai "Kerispatih" Maklum

Kompas.com - 15/05/2012, 20:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Proses yang lama untuk mengidentifikasi para korban pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di lereng Gunung Salak, Bogor, Rabu lalu (9/5/2012), dimaklumi oleh Badai, pemain keyboard dan pencipta lagu band Kerispatih.

"Kita sebagai keluarga korban maunya cepat, tapi kan tidak ada batas tertentu untuk mengevakuasi korban, karena masih banyak yang belum dievakuasi. Kita juga enggak bisa nge-push ingin hasil yang maksimal," ujar Badai di Posko Disaster Victim Identification (DVI), RS Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta, Selasa (15/5/2012).

Mertua Badai, Kapten Herman Suladji, ikut terbang dengan pesawat yang jatuh itu. Badai mengaku, beserta istrinya, Dewi Chitra Asmarani, ia akan setiap hari mengecek perkembangan hasil identifikasi para korban, secara langsung di rumah sakit tersebut. Baginya, tak sedikit berita yang beredar, termasuk yang dalam bentuk foto, membingungkan dan meresahkan. "Saya selalu kontak DVI, masih dikumpulkan data-datanya, apakah bisa dipastikan bisa diidentifikasi dua hari ke depan, tadi saya tanya, mereka bilang diusahakan, karena ini kan sudah mau seminggu," lanjutnya.

Sementara itu,  Dewi mengungkapkan, hingga saat ini pihaknya masih berharap ayahnya ditemukan dengan kondisi apa pun. Menurut Dewi, ayahnya memiliki  ciri-ciri tertentu ketika menaiki pesawat tersebut. "Papa pakai baju KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) sama ada id card KNKT dan perusahaan Air Maleo. Kalau tanda-tanda yang lain, tanda lahir di belakang dan daging tumbuh sedikit di kiri," ujarnya.

Sebelumnya, beredar wacana, para korban pesawat itu akan dikubur secara massal. Dewi menolak usul tersebut. "Ya, enggak lah (tidak setuju), soalnya kan masih ada keluarga, bukan korban bencana. Lagi pula, proses identifikasi masih berlanjut, jadi kita datang dan diperiksa," ujarnya lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com