Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjadi Saksi Keberadaan Coldplay

Kompas.com - 18/11/2012, 18:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Dari stadion yang gegap gempita oleh sorak puluhan ribu penonton, awak band Coldplay pulang ke hotel. Mereka masing-masing masuk ke kamar yang sepi, sunyi, sendirian. Antara gemuruh dan senyap hanya berjarak hitungan menit.

"Rasanya sungguh aneh. Dalam waktu kurang dari setengah jam, dari suasana bising, memekakkan telinga, penuh luapan energi... dan dari kegempitaan massal itu, kami langsung kembali ke hotel sendirian...," kata Chris Martin sebagai narator.

Itulah salah satu sisi "ironis" bintang rock yang tergambar dalam film Coldplay Live 2012. Film ini hanya diputar semalam di Blitz, Jakarta, Selasa (13/11/2012) malam. DVD film itu dirilis secara internasional pada 12 November.

Film ini merupakan dokumentasi dari serangkaian konser keliling band asal Inggris, Coldplay, menyusul terbitnya album Mylo Xyloto, 2011. Awak Coldplay, Chris Martin (vokal/piano), Guy Berryman (bas), Jonny Buckland (gitar), dan Will Champion (drum) memberi kesaksian tentang pengalaman personal seputar konser.

Suasana yang kontras semacam itulah yang mungkin tidak pernah dibayangkan oleh penonton konser Coldplay. Yang menarik dalam film ini memang bukan saja pada penampilan Chris Martin dan kawan- kawan di panggung,

melainkan juga aspek di luar panggung. Di tengah jadwal konser yang padat, misalnya, mereka masih menyempatkan diri main bola, main sepeda, atau bermain pingpong.

Asal tahu saja, tahun lalu mereka tampil di 25 negara dalam 120 konser. Begitu padatnya jadwal sehingga seusai show, mereka harus buru-buru ke bandara untuk pindah ke kota lain. "Kami naik apa saja. Mobil, kereta api, helikopter. Pokoknya naik apa saja. Yang belum adalah naik roket ha-ha...," kata Chris Martin.

Tontonan total
Lewat film ini, mata penonton diajak melihat konser sebagai tontonan total. Penonton seperti menitipkan mata lewat kamera yang mengambil gambar dari atas. Lihatlah, misalnya bagaimana puluhan ribu tangan penonton di stadion terangkat ke atas yang tampak seperti ladang jagung ketika jagung-jagung tengah merekah.

Lihat pula pemandangan bagai jutaan kunang-kunang berkerlap-kerlip di kegelapan stadion. Jutaan kunang-kunang itu adalah efek dari tongkat sinar (glow stick), dan gelang sinar yang dikenakan penonton: Suatu pemandangan menakjubkan.

Penonton film juga diajak menonton penonton konser: ekspresi dan emosi mereka pada lagu-lagu "Yellow" atau "Hurts Like Heaven" yang menjadikan lagu tersebut lebih hidup. Reaksi penonton itu menjadi energi bagi awak band di panggung. Konser Coldplay terbangun dari kolaborasi antara band dan penonton. Chris Martin menuturkan, loyalitas yang kuat dari penonton membuatnya tergetar, terharu.

"Yang kami rasakan sebagai penampil di panggung adalah ketika mereka bernyanyi bareng (sing along) dengan sangat keras. Nyanyi bareng-bareng itu merupakan bagian terpenting dari show. Interaksi emosional itu menghilangkan batas-batas antara penampil dan penonton. Terasa ada rasa satu ikatan komunitas jika setiap orang ikut nyanyi bersama...," kata Chris Martin.

Satu senyawa
Aksi panggung Coldplay tentu menjadi menu utama film Coldplay Live 2012. Aksi yang dimaksud bukan sensasi, melainkan ekspresi sesuai nyawa lagu. Panggung didesain dengan gaya street art yang mengingatkan pada gaya seniman Jean- Michel Basquiat. Lantai panggung, dinding panggung, dan seluruh instrumen dipenuhi grafiti khas jalanan. Body gitar, bahkan sampai bilah-bilah piano hingga bagian dawainya berlumuran corat-coret.

Tidak ada lagi "jaim-jaiman" panggung di konser Coldplay, termasuk kostum pemain yang sangat jalanan, yaitu celana jeans dan kaus oblong terkesan agak kumal. Perhatikan cara vokalis Chris Martin memosisikan mikrofon. Ujung mike itu menempel ketat di mulutnya, bahkan hampir dalam posisi bersentuhan dengan bibir.

Coldplay yang dibentuk di Inggris tahun 1996 itu cukup rendah hati untuk tidak menyebut diri sebagai kumpulan para virtuoso atau jago-jago yang mumpuni dalam permainan instrumen. Mereka juga mengakui bukan kumpulan orang-orang berbakat hebat. "Kesatusenyawaan (chemistry) dari setiap awak band itulah yang membuat band kami spesial," kata Chris.

Sebuah band baru benar-benar disebut ada, hidup, ketika mereka tampil dan menyatu dengan penonton dalam konser. Coldplay bukan saja membuktikan, melainkan mengukuhkan keberadaannya dalam film Coldplay Live 2012 ini. (XAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com