Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelangi Musik Tohpati

Kompas.com - 03/03/2013, 14:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- "Sensasi gitaris Indonesia produktif. (Ia) menggapai pengakuan internasional." Begitu tulis sebuah majalah musik terbitan Kanada. Gitaris Tohpati Ario Hutomo (41) merupakan salah seorang musisi produktif yang ikut memberikan warna pada pentas musik industri di negeri ini.

Tohpati tampil di perhelatan musik Java Jazz 2013 dengan kelompok Tohpati Bertiga bersama Indro Hardjodikoro pada bas dan Bowo pada drum. Band berformat trio ini di Java Jazz akan didukung seksi tiup logam (brass) untuk memberikan sentuhan jazz. Di luar, album Riot dari trio ini malah ada yang menyebut progresif rock.

Itulah Tohpati, penuh warna. Bertiga hanya salah satu warna Tohpati. Karena di luar Bertiga, ia juga membentuk kelompok Tohpati Ethnomission yang melibatkan elemen musik Sunda. Kelompok ini pernah bermain di festival musik Virada Cultural 2011 di Sao Paulo, Brasil, April 2011. Ini hajatan besar yang diramaikan, antara lain, oleh band metal Sepultura dan musisi jazz Deodato.

Tohpati juga mendukung kelompok jazz Simak Dialog bersama Riza Arshad dan kawan-kawan. Ia juga membentuk band rock Super Sonic. Ia tergabung dalam proyek Trisum bersama gitaris Dewa Budjana dan Wayan Balawan.

Warna lain Tohpati adalah produser, penata musik, serta penulis lagu di belakang penggarapan proyek sederet penyanyi, seperti Astrid, Rossa, Ruth Sahanaya, Marcel, Sheila Madjid, Andien, Pinkan Mambo, Titiek Puspa, dan Bams, vokalis band Samsons, yang akan membuat album solo.

Multilevel

Bagaimana Anda bisa bekerja rangkap seperti itu?
Saya mengerjakan berbagai proyek secara paralel karena ada tenggat. Kadang ketika sedang ngerjain proyek ini, saya sudah ditunggu klien lainnya. Kalau saya mengerjakannya secara berurutan, bisa-bisa tak terkejar.

Kalau proyek seperti Tohpati Bertiga atau Ethnomission itu agak dekat, tetapi konsepnya beda. Setelah itu ada Trisum. Di tengah-tengah itu saya berlatih bersama Simak Dialog. Sementara itu, saya harus mengerjakan aransemen rekaman album pop artis A dan B. Kalau orang bilang itu produktif, mungkin karena yang saya kerjakan mempunyai warna berbeda-beda.

Tidak ribet?
Buat saya itu malah seru dan memberikan kesegaran. Kalau warna biru terus kan jadi membosankan. Jadi, ketika saya main dalam (Tohpati) Bertiga itu kan mainnya rusuh. Katakanlah itu warna biru, lalu tiba-tiba ganti warna hitam waktu bermain dengan Simak Dialog. Terus tiba-tiba ganti orange waktu ngerjain musik Pinkan. Itu malah menjadi hiburan tersendiri bagi saya. Itu menjadi penyeimbang dan menyenangkan.

Itu tuntutan job?
Itu bukan karena tuntutan. Namun, karena saya senang dan bisa menikmati. Itu juga bukan karena spekulasi. Spekulasi itu kan karena orang tidak tahu apa yang akan ia kerjakan dan tidak bisa merasakan, enggak menikmati.

Saya juga suka mendengarkan beragam musik. Saya seneng dengerin Ligro (band trio yang diawaki Agam Hamzah, Adi Darmawan, dan Gusti Hendi). Musik yang rusuh-rusuh seperti itu saya senang. Saya juga suka musiknya Ubiet dan Tonny Prabowo. Saya bisa menikmati dan bisa menghargai lagu band d’Masiv karena memang enak. Saya pelajari kenapa lagu-lagu band Wali bisa merakyat. Saya tidak langsung menutup diri.

Apa perbedaan band yang Anda mainkan?
Di Ethnomission saya menggunakan unsur etnik sebagai ornamen instrumentasi dengan jazz. Penginnya memang untuk didengar dan dikonsumsi di luar (negeri).

Dalam Bertiga, saya pengin buat format trio saja. Namun, saat jalan, Leo Pavkovic—produser MoonJune Records, New York—tertarik. Ya sudah diedarkan di luar (negeri) juga. Kami pilih format trio karena saya belum pernah rekaman format trio. Ini lebih susah karena harmoni harus dipegang gitar.

Kalau di Super Sonic, saya pengin punya band rock karena dulu basis saya rock. Band ini pakai vokal karena untuk musik industri, tetapi harus ada standar. Selama ini di industri saya kan hanya di balik layar.

Anda menikmati semua itu?
Semuanya saya nikmati. Kalau tak menikmati, itu namanya tidak main musik. Bahwa cari duit itu iya, tetapi saya harus bisa menikmati musiknya. Kalau kita main, tetapi enggak enjoy, kita tidak akan tahu musiknya bagus atau tidak. Pelukis yang enggak enjoy pasti jadinya jelek.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com