Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertemuan Syaharani dan Mbok Temu

Kompas.com - 24/11/2013, 13:35 WIB
BANYUWANGI, KOMPAS.com -- "Pethetan, yo kembang pethetan. Kembang ilang, isun kang kelangan. Masiyo mung kembang, piro regane kembang. Tapi kang ilang, kembange kembang."

Terjemahan bebas lagu "Pethetan" itu kira-kira begini: Kembang taman. Kembang hilang saya kehilangan. Biarpun hanya kembang, seberapa (sih) harga kembang. Tapi ini yang hilang kembangnya kembang.

Lagu gubahan seniman Using, Andang CY, itu dilantunkan Syaharani bersama kelompoknya, Syaharani and Queenfireworks, di panggung Banyuwangi Beach Jazz Festival, Sabtu (16/11/2013) malam. Di depan sekitar 2.000 penonton, penyanyi jazz kelahiran Batu, Jawa Timur, itu bertutur, "Lagu ini sebenarnya lagu sedih, tapi kami mengaransemen bersama pemusik etnik lokal dengan irama yang agak nge-dance."

Dan, hasilnya, musik kolaborasi itu berhasil. Nyatanya, penari gandrung Banyuwangi, Temu (68), masih bisa merespons lewat tarian dan nyanyian. Seniman yang akrab disapa Mbok Temu itu tampak gemulai mengikuti irama musik kolaborasi Syaharani and Queenfireworks (ESQI:EF) dan musik etnik lokal. Perpaduan itu menjadi salah satu misi acara perhelatan jazz yang masuk dalam rangkaian Festival Banyuwangi tersebut.

ESQI:EF-nya tampak padu dengan penampilan pemusik etnik lokal dari Desa Kemiren, sebuah desa wisata Using (suku asli Banyuwangi). Sesekali Temu ikut menunjukkan kemampuan berolah suara dengan lengkingan nada yang lumayan tinggi khas gandrung. Syaharani kagum dengan totalitas Temu dalam berkesenian.

"Orangnya energik, suaranya indah. Saya selalu terharu melihat kekayaan budaya lokal seperti ini," ujar Rani yang meneteskan air mata di panggung.

Syaharani memang telah beberapa hari berada di Banyuwangi untuk mematangkan hasil kolaborasi dengan pemusik etnik lokal yang murni menggunakan alat-alat musik tradisional. Dia menyelami kekayaan musik lokal Banyuwangi, di mana bertebaran sanggar seni yang aktif berkegiatan.

"Saya sudah berkeliling ke banyak daerah, tapi Banyuwangi ini beda, kekayaan seni budaya, seperti gandrung, angklung paglak, kuntulan, janger, barong, jaranan butho, dan gedhogan, luar biasa mengakar di masyarakat. Saya akan terus berkolaborasi dengan musisi etnik lokal," katanya.

Lokal-modern
Gerimis yang sempat mengguyur Pantai Boom tak membuat penonton beranjak. Apalagi dengan kehadiran Trio Lestari, yakni Glenn Fredly, Sandhy Sondoro, dan Tompi. Ketiganya juga membawakan lagu khas banyuwangian berjudul "Ulan Andong".

"Sisi musikalitas masyarakat Banyuwangi sangat tinggi, budaya bermusik luar biasa. Saya dengar beberapa musik etniknya juga menawan. Kami sendiri ingin membuat lagu dari inspirasi keindahan alam dan kekayaan budaya Banyuwangi," ujar Glenn Fredly.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, perpaduan antara unsur lokal dan modern memang menjadi inti dari berbagai acara dalam rangkaian Festival Banyuwangi, termasuk Festival Jazz Pantai Banyuwangi. Dengan perhelatan seperti ini, budaya lokal bergaul dengan publik global. Dengan demikian, diharapkan tumbuh budaya saling mengapresiasi, saling menghargai, bukan saling menegasikan antara lokal dan global.

Lewat berpadunya elemen budaya lokal dengan elemen musik modern itu diharapkan pula lahir kesadaran bahwa dalam kesenian tidak ada keindahan tunggal. Jazz, sesuai "fitrah"-nya sebagai musik terbuka, memberi ruang luas untuk pergaulan antarbudaya seperti itu. Tidak ada sekat ketika Syaharani dan Mbok Temu bertemu. Sebuah pertemuan budaya. (AGNES SWETTA PANDIA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com