Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragedi Philip Seymour Hoffman dan Epidemi Heroin New York

Kompas.com - 04/02/2014, 09:05 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber

NEW YORK, KOMPAS.com - Kematian aktor pemenang Oscar Philip Seymour Hoffman dengan dugaan overdosis narkoba, menguatkan indikasi epidemi heroin di seluruh Amerika Serikat. Bila benar dugaan overdosis sebagai penyebab kematiannya, maka Hoffman adalah satu lagi aktor sangat berbakat yang tumbang karena penggunaan obat terlarang. 

Hoffman (46), ayah tiga anak yang dianggap sebagai salah satu pemilik bakat terbaik di generasinya, Minggu (2/2/2014), ditemukan tewas di lantai kamar mandi apartemen dengan jarum suntik masih menempel di lengannya.

Tas kosong dengan amplop-amplop heroin pun ditemukan di apartemennya. Saat ini hasil otopsi Hoffman masih ditunggu, dengan sedikit harapan kematiannya bukan karena overdosis obat terlarang itu.

"Heroin adalah epidemi yang berkembang," kata Juru Bicara Badan Anti-Narkoba Amerika Serikat (DEA), Joseph Moses. Dia mengatakan kematian akibat overdosis heroin di Amerika Serikat meningkat 45 persen selama rentang 2006 hingga 2010.

Setiap tahun, lanjut Moses, jumlah heroin yang disita dari perbatasan Meksiko juga naik hampir empat kali lipat selama kurun 2008 sampai 2012. "Pengguna pertama sekarang lebih muda daripada beberapa tahun lalu, dan (mereka) tak lagi (tinggal) di kota tetapi sudah sampai ke desa-desa dan pinggiran kota," kata Moses.

Hoffman menjadi aktor papan atas kedua yang dalam hitungan tewas dengan dugaan narkoba kelas A ini. Pada Juli 2013, bintang serial TV populer "Glee" asal Kanada, Cory Monteith (31), dipastiakn meninggal karena overdosis heroin dan alkohol di hotel tempatnya menginap di Vancouver.

New York pernah punya reputasi sebagai "ibukota Heroin" pada era 1970-an hingga 1980-an. Dari kota ini pernah dirilis lagu hit dari mendiang Lou Reed berjudul "Heroin" pada 1960-an.

Pada 1980-an, penyalahgunaan heroin sempat menjadi tindakan tabu seiring stigma sebagai cara penularan HIV/AIDS. Namun, kata DEA, peningkatan produksi di Meksiko dan maraknya penyelundupan, menjadikan heroin lebih mudah didapat di jalanan dengan harga murah pula.

Pada tahun lalu, Hoffman dalam wawancara dengan TMZ mengaku kambuh menggunakan heroin setelah mendapat resep penghilang rasa sakit, padahal dia sudah "bersih" dari narkoba selama 20 tahun.

"Heroin adalah kematian," ujar Moses. "Sayangnya, butuh kematian aktor yang sangat berbakat hanya untuk membawa pulang orang-orang.. Meskipun kita sudah melihat (penggunaan heroin) meningkat selama bertahun-tahun."

Pada September 2013, survei nasional tentang kesehatan dan penggunaan obat di Amerika Serikat menyebutkan penggunaan heroin selama setahun terakhir meningkat dari 373.000 pada 2007 menjadi 667.000 pada 2012.

The National Institute of Drug Abuse mengatakan 4,2 juta orang Amerika telah mencoba heroin setidaknya sekali selama hidup mereka. Dari jumlah itu, 23 persen menjadi kecanduan heroin.

Pada hari yang sama dengan kematian Hoffman, kepolisian New York menyita 13 kilogram heroin senilai 8 juta dollar AS atau hampir Rp 100 miliar di kawasan Bronx. Puluhan amplop bertanda, seperti halnya yang ditemui di apartemen Hoffman, beredar di jalanan.

Departemen Kesehatan Kota New York mencatat data bahwa kelompok usia 45 hingga 54 tahun, seumuran Hoffman, adalah mereka yang tercatat dengan kematian tertinggi dari keracunan heroin.

Lembaga amal Drug Policy Alliance mengatakan dari 115.000 orang penerima obat metadon, 40.000 di antaranya tinggal di New York. Metadon adalah sejenis narkotika buatan yang kerap digunakan untuk membantu pecandu heroin dan narkoba lepas dari kecanduannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com