Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Teenage Mutant Ninja Turtles": Pahlawan dalam Tempurung

Kompas.com - 10/08/2014, 16:36 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -- Kura-kura ninja, pahlawan idola anak-anak dan remaja pada era 1980-1990-an, kembali hadir dalam Teenage Mutant Ninja Turtles. Leonardo, Donatello, Michelangelo, dan Raphael mempertontonkan aksi seru melawan penjahat dengan tak lupa berseru, "cowabunga"!

Mereka memperkenalkan diri sebagai remaja yang juga kura-kura dan mutan. Meski sudah beberapa kali diangkat ke layar lebar, kisah kali ini kembali ke masa awal lahirnya para pahlawan kura-kura dan guru mereka, Splinter. Sebagai buah dari paparan cairan mutagen, mereka bermetamorfosis dari empat kura-kura dan seekor tikus lucu menjadi jagoan super.

Kisah perubahan dari sekadar binatang imut menjadi raksasa gagah perkasa ini ditonjolkan menjadi kisah yang memilukan. Kura-kura kecil yang hidup di sebuah laboratorium dan dikasihi oleh seorang gadis kecil tersebut sempat tumbuh bahagia dalam kehangatan "keluarga". Di laboratorium itu pula, mereka berkenalan dengan makanan enak seperti piza dan dinamai seperti seniman dari masa Renaisans Italia.

Namun, kebahagiaan hidup sebagai kura-kura dan tikus biasa tercederai oleh ulah jahat penanam modal penelitian Eric Sacks (William Fichtner) yang berniat menggunakan mutagen dalam tubuh para kura-kura untuk rencana jahat menguasai kota. Ketika laboratorium sengaja dibakar oleh seorang peneliti sebagai penangkal niat jahat, kura-kura dan si tikus diselamatkan oleh gadis kecil yang kemudian bertumbuh menjadi wartawan cantik, April O’Neil (Megan Fox).

Alih-alih terus dijadikan hewan percobaan laboratorium, kura-kura dan tikus tersebut dilepas ke gorong-gorong. Dari pekatnya gorong-gorong kota, mereka melawan penjahat bernama Shredder, yang juga seorang ninja. Shredder memimpin gerombolan penjahat Foot Clan yang bersama Eric Sacks ingin menguasai kota.

Cerita yang disuguhkan dalam Teenage Mutant Ninja Turtles alias Kura-kura Ninja sejatinya tidak begitu istimewa. Alur kisah mudah ditebak, sederhana, dan merupakan pengembangan dari kisah Kura-kura Ninja dalam komik yang diciptakan komikus Peter Laird dan Kevin Eastman pada 1984.

Fantastik
Disutradarai Jonathan Liebesman, Teenage Mutant Ninja Turtles mendapat sentuhan pengaruh Michael Bay sebagai produser. Bay sudah identik dengan hiburan seru bin dahsyat seperti Transformers, Armageddon, dan Pearl Harbor. Dalam campur tangan Bay, kura-kura ninja dimodernisasi menjadi sosok yang sangat kuat. Gerakan mereka sangat cepat. Saking cepatnya, mereka dengan mudah bisa membekuk penjahat tanpa terlihat wajah aslinya.

Sama seperti penokohan di serial televisi Kura-kura Ninja yang diputar di Indonesia era 1980-an, Leonardo (Pete Ploszek) yang memakai topeng warna biru dan bersenjata sepasang katana hadir sebagai kura-kura pemimpin kelompok yang tegas. Raphael (Alan Ritchson) memakai topeng merah dan bersenjatakan sepasang sai. Donatello (Jeremy Howard) adalah kura-kura penemu bertopeng ungu yang genius bersenjatakan sebatang bo. Michelangelo (Noel Fisher) tetap menjadi sumber utama kesegaran dengan polah yang lucu. Bersama sebagai satu keluarga, mereka berjumpalitan dan melawan musuh dengan teknik-teknik ninja.

Membidik segmen remaja dan anak-anak, Teenage Mutant Ninja Turtles kaya mendapat polesan elemen komedik segar. Meski terjebak (atau justru terberkati) dalam tubuh kura-kura raksasa yang tahan peluru, remaja mutan kura-kura ini tak berbeda dengan remaja urban kota besar. Tinggal di selokan kota New York, kura-kura ninja mencomot gaya budaya urban, antara lain dengan mengarahkan spion untuk melihat gadis-gadis cantik menari di sebuah pub.

Namun, di balik kepolosan serta kekonyolan ala remaja, mereka adalah tim tempur yang menakutkan. Mereka pahlawan dalam tempurung dan mereka hijau. Cowabunga! (MAWAR KUSUMA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com