SINGAPURA, KOMPAS.com - Soal "go international" yang kerap diidamkan banyak pihak, kita perlu berkaca pada jalan Anggun Cipta Sasmi. Dua puluh tahun meniti karier dengan kerja keras, pelantun lagu "Tua-tua Keladi" ini kini menjelma menjadi selebritas internasional dengan jadwal ketat dan diperhitungkan. Identitas Indonesia menjadi daya pikat.

"Hai, Anda dari Indonesia? Saya suka sekali Anggun," sapa wartawan dari Paris, Perancis, di Singapura, Selasa (27/1). Ia lantas bercerita tenarnya Anggun di negaranya. Anggun kerap muncul dalam talk show di televisi. "Dia sangat kritis dan cerdas," ujarnya.

Selasa itu, Anggun berada di Singapura. Ia menghadiri peluncuran acara pencarian bakat Asia’s Got Talent yang akan disiarkan kanal televisi AXN mulai 12 Maret. Sony Pictures Entertainment, induk AXN, mengundang wartawan dari sejumlah negara, terutama Asia, untuk acara ini.

Anggun menjadi salah seorang juri di acara itu bersama produser berjulukan "Hit Man" David Foster, bintang film Meteor Garden dan personel boyband F4, Van Ness Wu, serta mantan anggota Spice Girls, Melanie C. Mereka akan memilah talenta terbaik dari 15 negara di kawasan Asia.

Anggun tersipu ketika ditanyakan ketenarannya di Perancis, negara tempat ia tinggal sekarang. Dengan rendah hati ia berujar, "Mungkin mereka melihat aku ini otentik. Aku perempuan dari Indonesia, tinggal di luar (negeri). Aku belajar bahasa Inggris, Perancis, beradaptasi dengan kultur berbeda. Mungkin itu yang membuat visiku menarik karena berbeda dengan background mereka."

Suara bagus dengan teknik menyanyi mumpuni adalah modal utama penyanyi. Anggun memiliki itu. David Foster, yang mengorbitkan Celine Dion dan Whitney Houston, mengaku betah mendengar suara Anggun. "Kalau saja perangkat GPS di mobil saya diisi suara Anda, saya tidak akan berhenti menyetir," ujar David memuji.

Otentisitas ibarat kompas bagi perjalanan karier Anggun, terutama ketika memutuskan tinggal di luar negeri pada 1994. Ia mulai membuka jaringan kerja di London (Inggris), Paris, dan sempat bermukim di Kanada. Tahun 1997, album internasional pertama, Snow on the Sahara, keluar.

Ia berusaha menyelami pola pikir dan pola hidup masyarakat tempat tinggalnya. Ia mendalami masakan Perancis dan karya sastranya. Di Paris, Anggun merasa beruntung karena peninggalan sastra dirawat baik. Ia rajin mengunjungi perpustakaan setempat.

Menjadi otentik

Anggun tidak menanggalkan identitas Indonesia. Di berbagai pemberitaan tentang dirinya, Anggun disebut sebagai penyanyi Perancis-Indonesia. Saat wawancara, Anggun memakai busana hitam rancangan desainer Indonesia, Sean & Sheila.

Menapaki jalan kariernya, Anggun teguh dengan latar belakangnya sebagai orang Indonesia. "Inilah aku. Aku memilih jadi diri sendiri. Otentik, orisinal itu penting. Jadilah diri sendiri sebaik-baiknya," katanya.

Menjadi juri acara pencarian bakat di televisi beberapa kali ia lakoni. Ia adalah salah satu juri Indonesia’s Got Talent 2014. Sebelumnya, Anggun menjadi juri sekaligus mentor acara X-Factor Indonesia.

Kontes pencarian penyanyi yang marak di televisi saat ini memudahkan banyak penyanyi baru. Hal ini kontras dengan peluh dan air mata Anggun saat memulai karier internasionalnya. Sebelum ke Perancis, Anggun telah menghasilkan lima album. Namun, di negara barunya, ia bukan siapa-siapa.

Anggun tidak melihat jalan pintas menuju ketenaran lewat acara pencarian bakat. Ia menganggap acara semacam itu adalah tantangan dalam bentuk baru bagi para calon bintang.

"Justru sekarang lebih susah karena kontes seperti itu menghasilkan banyak artis baru. Publik jadi diberi lebih banyak pilihan sehingga tidak banyak (artis) yang diingat. Kita akan lihat berapa lama ketenarannya. Artis sejati adalah artis yang benar-benar kerja keras," kata Anggun.

Kerja keras yang ia maksud termasuk mengembangkan diri setelah memuncaki kontes pencarian bakat. Menurut dia, artis baru harus punya daya tawar di hadapan produser. Mereka harus berani berkata tidak.

Untuk kualitas karya, dalam hal ini lagu, Anggun menganjurkan penyanyi muda banyak membaca untuk membuka wawasan. Itu adalah cara dia dalam menulis lagu selama ini. "Almarhum bapakku dulu sering berpesan, kalau mau menulis lagu, baca dulu sebanyak mungkin," ujarnya.

Menyandang status sebagai pesohor dunia, Anggun masih merasa dirinya tak lengkap. Ia iri dengan kelihaian menari Van Ness Wu, kemolekan tubuh Melanie C, dan kreativitas David Foster. Ia merasa beruntung berinteraksi dengan mereka selama menjadi juri. "Mereka itu kreatif. Aku menghargai upaya mereka masing-masing. Bergaul dengan mereka menguntungkan karena menambah wawasan," katanya.

Kini, Anggun telah kembali ke Perancis untuk menyiapkan album baru yang menurut rencana dikeluarkan Oktober nanti. Kerja keras dengan menjaga identitas menjadi pegangan meski sudah mendunia.

—————————————————————————
Anggun Cipta Sasmi
♦ Lahir: Jakarta, 29 April 1974
♦ Pendidikan: SMA 68 Jakarta
♦ Ayah: Sudarto Singowijoyo atau Darto Singo (1946-2004)
♦ Ibu: Dien Herdina
♦ Diskografi:
- Dunia Aku Punya (1986)
- Tua-tua Keladi (1990)
- Anak Putih Abu-abu (1991)
- Noc Turno (1992)
- Anggun C Sasmi… Lah! (1993)
- Snow on the Sahara (1997)
- Chrysalis (2000)
- Luminescence (2005)
- Elevation (2008)
- Echoes (2011)
 
♦ Beberapa penghargaan dan nominasi:
- Lagu "Snow on the Sahara" versi bahasa Perancis menjadi lagu yang paling sering diputar di Perancis pada 1998
-  Diundang ke Vatikan oleh Paus Yohanes Paulus II dan menggelar konser bersama Dionne Warwick, 2000
- Penghargaan Diamond dari Kementerian Kebudayaan Perancis untuk artis yang albumnya laris 1,5 juta kopi di seluruh dunia, 2003
- Menjadi juru bicara PBB untuk program Tahun Mikrokredit Internasional, 2005
- Penghargaan Taormina Special Awards dari Taormina Film Festival, 2013
- Nominasi World’s Best Song atas lagu "Vivre d’amour", duet bersama Natasha St-Pier dari World Music Festival, 2014