Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keroncong, di Antara Kenangan dan Kekinian

Kompas.com - 15/04/2015, 05:52 WIB

Catatan Kaki Jodhi Yudono

Keroncong itu ya musik. Sama seperti musik dangdut, jazz, rock, blues, dan sebagainya. Yang membedakan di antarra musik-musik itu adalah rasa. "Ya, ini soal rasa," kata Sundari Sukotjo yang punya hajat menggelar Keroncong Weeks di Galeri Indonesia Kaya, West Mal Grand Indonesia, Jakarta, 7 hingga 12 April 2015.

Dalam istilah penyanyi pop Kunto Aji, menyanyi keroncong itu harus punya kesabaran tinggi. Atau dalam istilah orang Jawa, musik keroncong itu musik mat-matan, musik yang dibawakan dengan sepenuh rasa sehingga sampai pada rasa nikmat penyanyinya maupun pendengarnya.

Itulah sebabnya, cengkok keroncong antar satu penyanyi dengan penyanyi lainnya berbeda dan dari sanalah muncul 'pesona' dari masing-masing penyanyi. Yang menyamakannya adalah kesabarannya dan mat-matannya itu.

Satu lagi, kata saya kepada mba Sundari, "kecerdasan!" Mba Sundari pun mengiyakan. Itu artinya, menyanyi keroncong juga dibutuhksn kecerdasan dalam menginterpretasi. Menyanyi boleh sabar, tapi jangan sampai terjebak pada situasi menjenuhkan. Untuk itulah, kecerdasan seorang penyanyi dituntut untuk bisa menikmati lagu yang dinyanyikannya sekaligus memberi kenikmatan kepada pendengarnya.

Kunto Aji, menurut saya dan Sundari, adalah dari jenis penyanyi yang cerdas. Penyanyi yang bisa mencerna dan menginterpretasi sebuah lagu dengan tepat dan baik dan tak menghilangkan kepribadiannya sebagai seorang vokalis. Maka tak heran jika pada pementasan pertama yang berlangsung pukul 16.00 hingga 17.00 WIB, Kunto Aji menjadi bintangnya. Menyanyikan tiga lagu: "Jembatan Merah", "Terlalu Lama Sendiri", "I'm not the only one".

Sore itu juga jadi pembuktian, betapa pada akhirnya musik adalah musik. Keroncong yang selama ini identik dengan penikmat yang sudah uzur umur, sore itu nyatanya penonton yang sudah usia lanjut bisa dihitung dengan jari, sementara selebihnya justru dari penikmat kalangan muda.

Pada titik ini, kualitas penyanyi dan pengiring jadi pertaruhannya. Maka, ketika musik telah mengalun dan penyanyi telah mendendangkan lagu, selebihnya keputusan diambil oleh penonton apakah dirinya mau diam di tempat seraya menikmati konser atau pergi meninggalkan ruangan. Yang terjadi pada sore itu, penonton terpaku hingga pertunjukan berakhir.

Membawakan tema "cinta", Sundari Sukotjo, Intan Sukotjo, serta Kunto Aji membawakan lagu-lagu "Bandar Jakarta", "Di Bawah Sinar Bulan", "Purnama", "Gethuk", "Menghitung Hari", "Kr. Kemayoran", "Mau Dibawa Ke Mana", "Jembatan Merah", "Terlalu Lama Sendiri", "I'm not the only one".

"Keroncong adalah musik asli Indonesia yang memberikan identitas bangsa. Melalui Keroncong Week kami ingin terus melestarikan seni keroncong dan memperkenalkannya kepada generasi muda," ungkap Renitasari Adrian, Program Director Djarum Bakti Budaya.

Asli dan tidak asli sesungguhnya tak lagi penting. Maklumlah, bukankah dalam berkesenian sesungguhnya tak ada yang bebas nilai? Saling memempengaruhi satu indvidu dengan individu lainnya, satu kesenian dengan kesenian lainnya, adalah hal yang lumrah dalam kehidupan, bukan?

Keroncong memang unik dan khas. Sebab di sana ada kaidah-kaidah bermusik dan bernyanyi yang membedakan jenis musik itu dari yang lainnya. Musik keroncong mempunyai “pola baku” yang disebut irama keroncong. Irama inilah yang menjadi ciri khas musik keroncong yang membedakan dari jenis musik lainnya.

Bagi para penikmat musik keroncong, niscaya akan segera tahu jenis keroncong apa yang sedang didengarkannya. Musik keroncong pada galibnya terbagi menjadi keroncong asli, stambul, langgam keroncong, langgam jawa, dan keroncong beat atau lagu bebas.

Keroncong asli umumnya memiliki irama 4/4, terdiri dari 14 Bar. Umumnya lirik berupa Pantun, yang dibuka dengan prelude 4 birama dan dimainkan secara instrumental, kemudian disisipi Interlude standar sebanyak 4 birama yang dimainkan secara instrumental juga. Keroncong asli terkadang juga diawali oleh prospel terlebih dahulu. Prospel itu seperti intro yang mengarah ke nada/akord awal lagu, yang dilakukan oleh alat musik melodi seperti seruling/flute, biola, atau gitar. Contoh lagu keroncong asli adalah lagu Keroncong Kemayoran.

Sementara Stambul, merupakan jenis keroncong yang namanya diambil dari bentuk sandiwara yang dikenal pada akhir abad ke-19 hingga paruh awal abad ke-20 di Indonesia, dikenal dengan nama Komedi stambul. Stambul memiliki dua tipe progresi akord yang masing-masing disebut sebagai Stambul I dan Stambul II.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com