Vitalia Sesha Jalani Tes Tingkat Kecanduan di BNN

Namun, ketika dicecar pertanyaan oleh para wartawan, Vita, yang mengenakan jaket hitam dengan hoodie menutupi kepalanya, tak menjawab. Sebelum Vita, empat rekannya telah memasuki ruang balai laboratorium itu.

Menurut Humas BNN, Kombes Pol Slamet Pribadi, pihaknya melakukan tes untuk menentukan apakah nantinya Vita harus direhabilitasi atau tidak.

"Memang, kalau seseorang yang ingin diketahui kecanduannya harus dilakukan asesmen. Untuk mencari zat apa yang dipakai, sejak kapan, dan dengan cara apa, serta sampai tingkat apa. Semua asesor yang lakukan," ucap Slamet dalam wawancara di kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur.

Slamet menjelaskan, tes tersebut juga dibagi dalam berbagai macam teknik wawancara oleh para asesor. Prosesnya membutuhkan waktu dua hingga tiga jam.

"Tapi, hasilnya yang boleh menyampaikan penyidik atau langsung Kapolres. Seseorang bisa dikatakan pengguna ya yang tahu itu asesor. Mereka akan menyimpulkan. Hasilnya akan keluar hari ini," terang Slamet.

"Kemungkinan rehab, bisa ya, bisa tidak. Bisa rehab jalan atau rehab inap. Tergantung tingkat ketergantungannya. Rehab bisa di naungan BNN, Kemensos, dan Kemenkes. Tergantung bagaimana penyidik buat kebijakan hukum," terangnya lagi.

Diberitakan sebelumnya, Vita ditangkap bersama enam rekannya, yaitu PF, DC, MF, YWSK, CK, dan SR, dalam penggerebekan di sebuah kamar di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (11/7/2015), kira-kira pukul 15.30 WIB. Kapolres Jakarta Utara, Kombes Pol Susetio Cahyadi, menyatakan, Vita bersama dua rekannya, CK dan SR, tak memegang barang bukti narkoba, kendati tes urine Vita dan keenam rekannya itu positif menggunakan ekstasi.