"Ada pesan terakhir di rumah sakit. Dengan suara terbata-bata, dia bilang, "Piano buat Mutia." Mutia itu buat ponakan, anak saya nomor 3. Dia bisa main piano," ucap Cucu Nurbayati, adik ipar Meinar, dengan mata berkaca-kaca, kepada Kompas.com, di rumah duka, Jalan Padang No 20, Jakarta Selatan, Rabu (29/7/2015) pagi.
Meinar, menurut Cucu, juga mengucap terima kasih kepadanya karena telah setia merawat dan mendampinginya selama sakit.
"Untuk keluarga, dia bilang, 'Kamu urus Ibu, terima kasih banyak.' Itu yang selalu dibilang ke saya. Saya adik ipar," ucapnya lagi.
Namun, Cucu mengaku, sayangnya ia tak berada di samping Meinar ketika perempuan kelahiran Sijunjung, Sumatera Barat, 14 Mei 1930, itu mengembuskan napas terakhirnya.
"Saya selalu nungguin Ibu, sampai malam dan pagi. Paginya, sebelum ia meninggal, datang sepupu-sepupunya, saya disuruh pulang dulu karena mata sembab. Baru tidur di rumah, dapat telepon kalau Ibu udah enggak ada. Mungkin dia enggak mau kalau saya ngelepas, mungkin saya histeris kali. Saya di rumah, dia udah enggak ada," tutur Cucu sambil meneteskan air mata.
Mendiang Meinar bersama dua sahabatnya yang sudah lebih dulu berpulang, Abdullah Totong (AT) Mahmud dan Fatma atau Bu Fat, mengisi acara "Ayo Menyanyi" di TVRI pada era 1970-an. Ia juga mengajar di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) 1 hingga 1991 sebagai guru studi spesialis seni musik. Meinar, yang juga sempat menjadi guru TK, menjadi pianis dalam acara tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.