Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Rudy Habibie", Inspirasi bagi Negeri

Kompas.com - 03/07/2016, 19:48 WIB

Oleh: FRANSISCA ROMANA NINIEK

KOMPAS - Siapa tak kenal Bacharuddin Jusuf Habibie? Sosok presiden ketiga Republik Indonesia ini dikenal luas tak hanya di tataran nasional, tetapi juga internasional.

Kecintaan kepada negeri ini membuat Habibie berjuang keras demi membawa Indonesia sejajar dengan negara maju.

Prinsip, tekad, dan perjuangannya itu terangkum dengan apik dalam film "Rudy Habibie (Habibie & Ainun 2)".

Film produksi MD Pictures ini dirilis bertepatan dengan hari ulang tahun ke-80 BJ Habibie pada 25 Juni 2016 dan diputar serentak di bioskop pada 30 Juni.

Sutradara Hanung Bramantyo menghidupkan kembali Habibie muda melalui sosok Rudy, panggilan BJ Habibie, yang diperankan aktor Reza Rahadian.

Kisahnya diadaptasi dari novel berjudul Rudy Habibie karya Ginanti S Noer, yang juga menulis skenario film ini.

Cerita berpusar pada masa kuliah Rudy di Aachen, Jerman, akhir 1950-an, diselingi kisah-kisah masa kecilnya. Setiba di Jerman menjelang musim dingin, Rudy tinggal di sebuah kamar di loteng rumah milik pasangan Belanda-Jerman.

Kenangan masa kecil berloncatan dalam ingatannya, bagaimana sulitnya hidup di tengah peperangan melawan penjajah, berpindah tempat tinggal, sampai akhirnya meninggalkan tanah kelahirannya di Parepare dan menetap di Gorontalo.

Rudy sangat tertarik pada pesawat terbang. Namun, kecintaan Rudy pada pesawat terbang sempat ternoda ketika melihat pesawat tempur Jepang menyerbu tempat tinggalnya.

Adalah sang ayah, Alwi Habibie atau Papi (Donny Damara), yang menanamkan sikap pantang menyerah terhadap kesulitan. "Jadilah mata air," demikian pesan ayahanda Rudy.

Pesan sang ayah tersimpan dalam hati dan menuntun setiap langkah Rudy saat dia mulai kuliah di RWTH. Kecerdasan, ketekunan, dan keberaniannya membuat dia disukai tetapi sekaligus dibenci oleh beberapa kalangan.

Pertemuan dengan orang- orang baru yang kemudian menjadi sahabatnya, seperti Peter Manumasa (Pandji Pragiwaksono), Liem Keng Kie (Ernest Prakasa) yang fasih berbahasa Sunda, Ayu (Diah Permatasari) yang adik putri Keraton Solo, dan Poltak Hasibuan (Boris Bokir) yang kocak dengan logat Batak, semakin mengukuhkan semangatnya.

Meskipun demikian, tak jarang pula muncul tentangan, bahkan ancaman dan kekerasan, dari mahasiswa Indonesia lainnya yang menilai cita-cita Rudy tak lebih dari khayalan yang tak masuk akal.

Yang paling berkesan bagi Rudy adalah kehadiran Illona Ianovska (Chelsea Islan), mahasiswi keturunan Polandia. Dialah yang paling memahami cita-cita Rudy memajukan dunia kedirgantaraan Indonesia dan kecintaan pria itu terhadap negerinya.

Di tengah berbagai tekanan dan bayangan kegagalan, sang bunda, Tuti Marini atau Mami (Dian Nitami), terus hadir dan menyemangati Rudy. Dari kedua orangtuanya ini pula, Rudy memperoleh sifat yang menghargai perbedaan.

Di tengah keterbatasan ekonomi pasca perang, Tuti terus mendorong Habibie untuk menyelesaikan studi di Jerman dan pulang membawa keberhasilan.

Begitu pula dengan sosok Romo Mangunwijaya yang ditemui saat Rudy menyepi dan menenangkan jiwanya di gereja karena tidak ada masjid bagi umat Islam untuk bersembahyang.

Dia semakin paham bahwa perbedaanlah yang justru membentuk wajah Indonesia.

Tantangan

Film berdurasi sekitar 2,5 jam ini berjalan dengan alur maju dan mundur kembali ke masa kanak-kanak Rudy. Penonton disuguhi gambar-gambar yang indah, terutama lanskap kota di Jerman yang diselimuti salju. Romantis.

Akting Reza memikat dengan bahasa Jermannya yang fasih. Sosok Habibie muda juga benar-benar menjadi hidup dengan karakternya yang lembut, sekaligus keras.

"Saya terbantu oleh film Habibie & Ainun yang pertama. Ini semacam proses menggali kembali memori saya, tetapi dengan spirit yang lebih muda dan tanpa melepaskan karakter Habibie," ujar Reza seusai pemutaran film bagi pers, Jumat (24/6).

Bagi Hanung, menyutradarai Rudy Habibie menjadi tantangan tersendiri karena keberhasilan film Habibie & Ainun.

"Film itu sangat kuat dan punya dampak luas. Lalu, saya mau apa lagi? Akhirnya, setelah membaca buku Gina, saya merasa yang dilakukan Habibie muda sama dengan yang dilakukan anak muda Indonesia sekarang. Mereka ingin meraih mimpi," kata Hanung.

Sama seperti Rudy, lanjutnya, musuh dalam merealisasikan mimpi itu ternyata orang-orang yang ada di sekitar kita juga. Itulah kenapa sering kali potensi besar yang dimiliki negara ini menjadi kurang tergali.

"Sosok Habibie merupakan kanvas yang sangat besar. Dia seorang tokoh. Satu film tidak akan cukup menampung itu semua," ujar Hanung, mengindikasikan akan ada sekuel berikutnya dari film ini.

Produser Rudy Habibie, Manoj Punjabi, mengatakan, demi memberikan pengalaman yang baru bagi penonton, pihaknya secara khusus melakukan sound mixing di Hollywood dan menggandeng Christopher Sinclair David, penata suara film The Expendables dan Olympus Has Fallen.

"Sering kali suara film Indonesia tidak jernih. Bandingkan saat menonton film Barat, beda sekali," ujar Manoj.

Berkaca dari kesuksesan film Habibie & Ainun yang ditonton 4,6 juta orang, Manoj berambisi film Rudy Habibie bisa menyedot 10 juta orang.

Jadi, siapkan energi dan hati untuk menontonnya karena film ini akan mengaduk-aduk perasaan dari awal sampai akhir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com