Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Goliath, dari Melayu ke Urban Pop

Kompas.com - 22/11/2016, 16:27 WIB
Andi Muttya Keteng Pangerang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Grup band Goliath selama ini dikenal mengusung genre pop Melayu. Namun, kali ini band yang beranggotakan Ary (vokal), Izwa (bas), Gie (drum), dan Ardy (keyboard) mencoba menjajal musik urban pop lewat single "Baper".

"Sekarang urban pop, okelah," ucap Ary dalam wawancara khusus dengan Kompas.com di kawasan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Senin (21/11/2016).

Menurut dia, perubahan genre musik itu merupakan permintaan label yang menginginkan ada pembaruan dalam Goliath. Namun, Ary dan kawan-kawan juga tak merasa keberatan karena mereka sejak awal tak melulu berada di jalur pop Melayu.

Lagu-lagu mereka, di antaranya "MD2" dan "Cinta Monyet" mengusung pop kreatif, lalu "Tinggal Seribu" dan "Hidup Ini Mahal" beraliran Melayu. Kemudian, Goliath mencoba bermain genre alternatif lewat lagu "Mestakung".

"Goliath memang tipikalnya tidak punya identitas pasti, kami enggak idealis. Kami ikut perkembangan zaman. Dari beberapa kali project, karakter musik kami ke luar dari sebelumnya," kata Ary.

"Musisi luar aja mau berevolusi dan enggak mau idealis. Kami kan musik pasar istilahnya. Kami ngikutin aja," tambahnya.

Meski mengubah aliran, ia memastikan ciri khas Goliath tetap terkandung dalam single terbaru mereka lewat karakter vokalnya.

"Kalau referensi dari kawan-kawan dengan karakter (vokal) yang aku punya ya masih Goliath. Cara nyanyinya juga enggak kami bikin jazz, kami bikin pop. Musiknya saja yang kami otak-atik. Tapi dari segi bernyanyi, aku tetep arahin ya ini Goliath," ucap Ary.

Dalam urusan mengaransemen musiknya, Goliath mengaku masih memerlukan arahan dari music director mereka. Ary dan kawan-kawannya masih dalam proses beradapsi karena album baru mereka nanti juga harus mengangkat aliran musik yang sama, yakni urban pop.

"Awalnya kami ngasih (aransemen) yang band-nya masih kerasa. Karena tidak terbiasa sama alirannya kan, kami menyesuaikan. Jujur aja kami masih diarahin. Tapi itu juga jadi bahan proses belajar juga buat kami oh ternyata musik ini begini ya," ucap Ary.

"Kalau beradaptasi dibilang kaget sih, kaget. Tapi gimana caranya kami mengatasi. Kami kan musisi apapun itu resiko kami harus bisa. Apalagi kami kan harus upgrade knowledge apa. Tiga tahun vakum diem, tapi kami ngikutin zaman. Suatu saat bisa produksi lagi, kami sudah. Musik kekinian. Lagu EDM (electronic dance music)," kata Ardy menambahkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com