Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surga Yang Tak Dirindukan 2: Teka-teki 2 Istri

Kompas.com - 13/02/2017, 00:58 WIB
Jodhi Yudono

Penulis

Kisah drama yang sukses ditahun 2015, dilanjutkan. Kali ini lebih haru, banyak adegan lucu dan pemain anak jadi andalan.

Film ini dibuka dengan kesibukan Arini dalam rangka mempromosikan bukunya ke Budapest,  Hungaria. Di sana  Arini (Claudya Cyhnthia Bella) bertemu dengan Meirose yang buka butik busana muslim di sana. Pras (Fedi Nuril), suami Arini, menyusul dan juga bertemu dengan Meirose yang pernah ia nikahi sebagai istri kedua.

Jika pada Surga Yang Tak Dirindukan 1, Arini sempat melabarak Meirose lantaran dianggap telah ‘merusak surga’ yang dimiliki Arini. Dalam sequel ini, bekerjasama dengan anak perempuan semata wayangnya  Nadya (Sandrina Michele), ‘menyatukan” Meirose dengan Pras. Ada apa di balik niat istri pertama menjodohkan kembali suaminya dengan istri kedua? Padahal Pras telah berniat menceraikan Meirose. Meirose juga telah dilamar seorang dokter, yakni Dr Syafri (Reza Rahardhian) yang ia kenal selama tinggal di Budapest.

Selama dua jam, cerita dituturkan dengan sangat menarik, penuh haru yang mampu meneteskan airmata, namun juga sesekali memancing tawa oleh peran yang dimainkan para pemain pendukung seperti Kemal Pahllevi.

Sejak adegan awal, dengan sangat cerdas dan jenaka, penulis skenario (Alim Sudio, Hanung Brahmantyo dan Manooj Punjabi) telah berusaha menghubungkan SYTD 2 dengan SYTD 1 melalui adegan  kecelakaan  mobil. Pada SYTD 1, inilah adegan yang mempertemukan Pras dengan Meirose dan ‘terpaksa’ menikah. Ketika adegan ini diulang pada SYTD 2, penonton dibuat tertawa sekaligus tegang dengan menebak-nebak.

Selanjutnya penonton dibawa ke berbagai adegan yang sangat menghibur mata, lantaran pesona kota Budapestt yang sangat bersih, jembatan yang romantis dan gedung-gedung yang sangat eksotis. Menurut Alim Sudio, salah seorang penulis, pilihan tempat ini sempat berganti-ganti; dari semula Belanda, lalu Korea kemudian jatuh pilihan pada Hungaria. Pilihan tempat memang tidak terkait langsung dengan tempat. Kemungkinan dipilih semata-mata untuk pesona pemandangan, sebagai variasi  daya tarik dalam penceriitataan.

Dengan modal  cerita drama serta setuhan religi, bumbu komedi, serta pemain yang secara popularitas sedang dipuncak,  plus penampilan cantik dan tampan, SYTD merupakan paket lengkap sebuah film yang disukai penonton. Terbukti dengan larisnya tiket di hari pertama tayangan SYTD di sejumlah bioskop.

Akting paa pemain utama, terbilang biasa dan tidak terlalu istimewa.  Padahal penokohan yang berusaha dimainkan, berpotensi menjadi permainan karakter yang menarik. Seperti Arini dan Meirose, Pras dan dr Syafri serta pemain anak-anak, Nadya dan Akbar. Dalam adegan Syafri merayu Meirose menggunakan puisi Kahlil Gibran hingga WS Rendra, bisa jadi ada usaha memainkan peran sebagai lelaki yang lebih ekspresif dibanding Pras yang tak jelas, apakah menyukai Meirose, atau justru merasa terjebak. Namun, berhenti sampai di situ, tidak ada pengembangan permainan serta benturan karakter yang ditawarkan.

Penonton pun diajak berteka-teki, kepada siapa akhirnya Pras melanjutkan rumah tangganya?

Sepanjang bergulirnya teka-teki itu, Sandrina Michele berhasil mencuri simpati dengan dialog-dialog yang lugu, dan sejumlah usahanya mempertemukan Pras, ayahnya dengan Meirose mampu membuat penonton gereget campur sedih.

Buat Anda yang menyukai Drama dan pernah suka dengan SYTD 1, rasanya bakal suka dengan lanjutannya. Kalaupun Anda tidak menonton yang pertama, tidak masalah karena banyak adegan yang menjelaskan ketidaktahuan Anda.Tontonan ini aman untuk usia anak-anak 13 tahun ke atas. (Iwan/JY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com