Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sakit Hati Bareng NDX A.K.A

Kompas.com - 26/02/2017, 18:30 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com -- Lewat paduan unik antara hip hop dan dangdut, kelompok musik NDX A.K.A menyuarakan keresahan anak muda yang terpinggirkan secara ekonomi, sosial, dan asmara.

Dimotori dua pemuda desa yang tak mahir memainkan satu pun alat musik, NDX A.K.A meraih ketenaran berkat lagu-lagu yang secara jujur dan jenaka mengeksplorasi perasaan nelangsa.

"Wis siap lara ati bareng rung (sudah siap sakit hati bareng belum)?" tanya Yonanda Frisna Damara (21) dari atas panggung Mocosik Festival, Selasa (14/2/2017) malam, di Jogja Expo Center, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Yonanda yang biasa dipanggil Nanda adalah satu dari dua personel NDX A.K.A. Satu personel lain adalah Fajar Ari (22) yang (entah dengan alasan apa) memakai nama panggung PJR Microphone.

Malam itu, keduanya tampil di antara ratusan penonton yang tak semuanya mengenal NDX A.K.A.

Maklum, Mocosik Festival, yang menggabungkan pertunjukan musik dan pameran buku, memang menghadirkan musisi dari genre beragam, misalnya, Raisa, Glenn Fredly, Tompi, Endah N Rhesa, Shaggydog, Jogja Hip Hop Foundation, hingga White Shoes & The Couples Company.

Dengan musisi yang beragam, penonton yang hadir pun punya referensi musik yang majemuk.

Beberapa penonton bahkan tertawa dengan nada mencemooh saat musik hip hop dangdut mulai menggema seiring tampilnya Nanda dan PJR.

Saat NDX A.K.A mengawali penampilannya dengan lagu "Lilakno Aku Dek", sejumlah penonton masih malu-malu untuk bergoyang.

Namun, saat lagu "Tewas Tertimbun Masa Lalu" berkumandang, suasana berubah menjadi meriah.

Paduan suara segera terbentuk mengiringi lantunan vokal Nanda dan PJR yang menyuarakan rasa kehilangan:

"Aku ra iso lali, udan grimis sing dadi seksi
Durung sempet tak rabeni, janjimu wis tok blenjani"
(Aku enggak bisa lupa, hujan gerimis yang jadi saksi
Belum sempat tak nikahi, janjimu sudah kamu ingkari)

Selanjutnya, suasana terus terasa meriah. Meski lantunan musik yang mengiringi NDX A.K.A sempat mati karena masalah teknis dan vokal Nanda serta PJR beberapa kali terdengar fals, penampilan kelompok itu berhasil menghadirkan warna berbeda dalam Mocosik Festival.

Beberapa polisi yang sebelumnya berjaga di luar arena pun terlihat masuk ke ruang pertunjukan saat NDX A.K.A tampil (entah untuk memperkuat penjagaan atau justru untuk ikut bergoyang).

Rp 75.000
Nanda dan PJR bukanlah anak muda kota yang belajar musik secara formal. Keduanya berasal dari Dusun Jati, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Bantul, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Yogyakarta.

"Fajar itu masih ada hubungan saudara dengan saya. Rumah kami juga berdekatan," kata Nanda.

Nanda dan PJR merupakan lulusan SMA dan pernah bekerja sebagai tukang bangunan di Bantul.

"Setelah lulus SMA, kami berdua sempat kerja jadi tukang bangunan karena tidak tahu mau kerja apa," ujar Nanda.

Yang unik, Nanda dan PJR ternyata tak bisa memainkan alat musik dan hanya belajar bernyanyi secara otodidak.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com