Gemuruh yang lain
Pada saat yang sama, ada sebuah pameran memikat di Galeri Nasional bertajuk "Indonesia", pameran solo karya seniman Budi Ubrux.
Tak hendak membandingkan pengalaman panjang dalam sejarah seni rupa Indonesia yang menorehkan kemaestroan para pelukis Indonesia, tetapi kontekstual ruang dan waktu yang membuat gelaran seni unik di Gedung B ini menggugah nalar.
Tepat bersebelahan dengan pameran akbar yang dihelat di gedung A Galeri Nasional Indonesia, kita dihentak lukisan, instalasi, patung serta berbagai rupa tempelan-tempelan koran di dinding maupun di obyek-obyek berbentuk nasi bungkus terbuat dari kayu yang menyambut kita.
Gedung B menjadi hiruk-pikuk, dan jauh berbeda dengan lukisan-lukisan para maestro tadi yang senyap menciptakan rasa ngelangut itu. Budi Ubrux si seniman, rupanya gerah dengan segala pameo "gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja" selama ini sebagai sebuah jargon tentang wajah Indonesia.
Ia harus meneliti ulang, makna merdeka dan menjadikan seni kontemporer sebagai media untuk berteriak, menantang kondisi riil sekaligus merenunginya.
Apakah benar keindahan dalam seni itu dengan cara meretas yang selama ini tersembunyi dalam sejarah dan diabaikan generasi-generasi penerus?
Memeras olah pikir kandungan sejarah, kemudian menyusuri patahan-patahan kekecewaan rakyat dalam kondisi dulu dan kini bagi bangsa Indonesia?
Menjadi Indonesia, satu-satunya jalan, memulainya merunut kisah para pelopor bangsa, dengan titik revolusinya pada pendirian surat kabar masa kolonialisme.
Dengan demikian, inti karya Budi mengedepankan aspek ilmu pengetahuan, informasi yang benar dan bergolaknya pergerakan nasional sekaligus.