Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efek Domino Keluh Kesah Deddy Cobuzier soal Tayangan Alay

Kompas.com - 16/03/2018, 11:46 WIB
Andi Muttya Keteng Pangerang,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Keresahan presenter dan mantan ilusionis Deddy Corbuzier tentang tayangan televisi Indonesia tak cuma berhasil menggugah pesohor hiburan lain ikut bersuara, tetapi juga menguatkan ide bagi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk mengupayakan pembentukan lembaga rating di Indonesia.

Ketua KPI Yuliandre Darwis mengatakan, dalam sebuah acara beberapa hari lalu Deddy dan 12 rektor sejumlah perguruan tinggi negeri mengusulkan hal tersebut.

"Mereka berharap ada satu lembaga yang benar-benar mengukur dari Sabang sampai Merauke, konkret, real datanya. Jangan hanya 11 kota dan rating Nielsen jadi dewanya," ujar Yuliandre saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon baru-baru ini.

"Itu yang diprotes oleh Deddy Corbuzier khususnya. Kemarin juga ada 12 rektor perguruan tinggi yang hadir juga menyatakan hal yang sama," imbuhnya.

[Baca juga: KPI Jawab Keluh Kesah Deddy Corbuzier ]

Berangkat dari situ, menurut Yuliandre, KPI akan segera meriset dan mengkaji usulan itu untuk kemudian disampaikan kepada Direktorat Penyiaran Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

"Iya kami serius dan kami juga mendorong pemerintah mungkin dalam hal ini di bawah Direktorat Jenderal Penyiaran Kominfo bersama-sama melihat sudut pandang ini secara kuat. Membantu industri juga untuk bertumbuh," ujar Yuliandre.

Ia memberi contoh di Perancis, seluruh asosiasi pertelevisiannya berkumpul dan membentuk lembaga rating atau media riset yang mengukur setiap penonton televisi dan pendengar radio.

"Nah ini, kan, menarik sebenarnya. Di Indonesia, kan, enggak ada. Yang ada malah Nielsen yang perusahaan asing. Apakah benar rating ini yang disukai oleh masyarakat Indonesia?" kata Yuliandre.

Sementara, lanjutnya, KPI selama ini tak diberi ruang untuk melakukan audit terhadap lembaga-lembaga rating, terutama rating penonton televisi.

"Nah, itu jadi kelemahan. Kalau KPI-nya Amerika, mereka boleh mengaudit lembaga-lembaga rating. Apakah benar ratingnya, kami pengin lihat metodologi dan sebagainya. Ini yang lagi kami gaungkan bersama supaya tahu masyarakat," ucapnya.

"Jadi jangan dikit-dikit nyalahkan KPI. Padahal, KPI tidak ingin membunuh industri, tidak ingin membunuh kreativitas, tetapi pengin menjaga kreativitas itu berisi tuntunan bagi masyarakat," ujar Yuliandre lagi.

[Baca juga: Ketika Pesohor Hiburan Mulai Bersuara soal Tayangan Alay]

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com