Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Chicco Jerikho: Percaya, Jalani, dan Rayakan

Kompas.com - 03/03/2015, 21:48 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -- Chicco Jerikho menapaki karier di dunia hiburan sejak menjadi model tahun 2000. Kemudian, pria kelahiran Jakarta, 30 tahun silam, ini menjajal dunia akting dengan membintangi sinetron Cinta Bunga. Setelah membintangi beberapa sinetron, Chicco memulai debut filmnya pada 2014, Cahaya dari Timur: Beta Maluku.

Tak disangka-sangka, lewat perannya sebagai pelatih sepak bola sekaligus tukang ojek bernama Sani Tawainella, Chicco meraih Citra untuk kategori Pemeran Utama Pria Terbaik pada Festival Film Indonesia (FFI) 2014. "Film ini membuat saya menjadi manusia baru," kataChicco.

Chicco serius menjalani kariernya dalam dunia perfilman. Baginya, berakting harus siap jujur dan ikhlas. Jujur untuk mengungkapkan rasa dari hati dan mewujudkannya dalam akting. "Sebisa mungkin harus ikhlas melepas Chicco pada saat saya harus memerankan orang lain," kata Chicco.

Saat ini, untuk kedua kalinya, Chicco terlibat dalam film yang disutradarai Angga Dwimas Sasongko. Dalam film Filosofi Kopi, Chicco menjadi barista yang meracik kopi paling enak se-Indonesia bernama Ben.

Melihat capaian di usia muda dan bagaimana menatap karier di dunia hiburan di masa mendatang, berikut ini tanya jawab Chicco dengan pembaca Kompas.

Bagaimana menjiwai karakter Sani Tawainella dalam film Cahaya dari Timur: Beta Maluku, terutama soal dialek dan gaya bicaranya? Siapa yang menginspirasi Anda dalam menggeluti karier sebagai seorang aktor? (Reginald Izaac,Karawaci, Tangerang)

Terima kasih banyak. Puji Tuhan. Untuk pendalaman peran, dialek, dan menghidupkan tokoh Sani, saya membutuhkan waktu sekitar dua bulan. Saya sempat tinggal langsung di Kota Tulehu, Maluku, untuk observasi. Saya tinggal di rumah Sani supaya terbiasa dengan dialek di sana dan banyak mengobrol dengan masyarakat di sana.

Apa alasan terkuat Chicco untuk terus melanjutkan karier di dunia hiburan? (Valencia Safir,Surabaya, Jawa Timur)

Bagi saya, aktor bukan hanya pekerjaan, melainkan jati diri saya adalah seorang aktor.

Saya menyaksikan akting Anda di film Cahaya dari Timur: Beta Maluku. Bagaimana persiapan Chicco untuk menghayati peran sebagai seorang pelatih sepak bola dan tukang ojek bergaya Maluku? (Niko Simamora,Jakarta Selatan)

Prosesnya itu yang sangat berharga. Proses itu benar-benar saya nikmati dan jalani dengan sepenuh hati. Selama proses itu saya berusaha menghidupkan Sani di dalam diri saya. Saya tinggal di sana dan sempat membawa ojek di tempat Sani biasa mangkal. Selain itu, saya juga mengikuti workshop sepak bola juga.

Usai berperan sebagai pelatih sepak bola sekaligus tukang ojek dan mendapatkan Piala Citra di FFI 2014, Chicco bilang itu membuatmu menjadi manusia baru, apa artinya? (Asrie Lesningati, Wonogiri)

The same man in the new battle. Sebuah hidup baru, tantangan baru. Otomatis jadi lebih semangat untuk menjalani segala sesuatunya. Film merupakan dunia baru saya dan saya bersyukur mempunyai kesempatan itu.

Kesulitan apa yang dihadapi saat beradaptasi dengan salah satu karakter yang budayanya berbeda dengan budaya keluarga abang? (Christine Rosalina Sinaga, Medan, Sumatera Utara)

Justru semakin besar tingkat kesulitannya berarti semakin tertantang untuk mengerjakannya. Sebisa mungkin harus ikhlas melepas Chicco pada saat saya harus memerankan orang lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com