SEMARANG, KOMPAS.com--Tahun 80an, saat saya masih tinggal di Semarang hingga awal tahun 1990, Taman Menteri Supeno yang terletak persis di seberang SMA Negeri 1 Semarang adalah taman tempat muara warga Semarang melepaskan penat. Sebab di sana, selain menjadi tempat berkumpul, juga ramai penjaja makanan, mulai dari penjual mie kopyok, tahu gimbal, gorengan, dan lain-lain.
Namun yang paling terkenal dari Taman Menteri Supeno selain penjual makanan, adalah karena taman ini juga menjadi tempat mangkal kaum waria. Fakta ini diterima warga Semarang sebagai sebuah keniscayaan sebuah kota besar. Kaum waria yang sebagian menjajakan diri maupun yang sekedar nampang, menjadi bagian denyut kehidupan malam Kota Semarang.
Kehadiran kaum Waria menjadi unik di taman ini. Sebab, selain menjadi "momok" yang menakutkan bagi para penjaga moral, kaum Waria juga menjadi "tontonan" menarik bagi sebagian masyarakat.
Waria yang sebelumnya hanya ada di panggung-panggung seni tradisionl seperti ludruk dan wayang orang, kala itu bisa ditonton dalam kehidupan sehari-hari.
Begitulah, antara moral dan "hiburan" berkelindan atas kehadiran kaum Waria di taman ini. Itulah sebabnya, sesekali kami menyaksikan para Waria lari terbirit-birit menghindari kejaran pasukan Tibum (ketertiban umum) yang kini mungkin bernama Satpol PP.
Sebagai "anak malam", saya sedikit tahu bagaimana denyut hidup taman ini, taman yang kemudian dinamai sebagai Taman KB (Keluarga Berencana) dengan simbol patung seorang ibu dengan dua anak yang menghadap ke Jalan Pahlawan. Gara-gara tak ada patung ayah, maka kerap pula taman ini dinamai Patung Randa (patung janda).
Sampai akhirnya, di awal tahun 2000an, Pemerintah Kota Semarang yang bekerja sama dengan para seniman Semarang sepakat untuk lebih menghidupkan taman ini. Maka, di salah satu sudut yang menghadap SMA Negeri 1 dibuatlah panggung musik, dan di setiap sudut taman dipasang lampu yang benderang.
"Maka sejak saat itulah, kaum Waria sudah mulai berkurang. Para Waria dan pelanggannya mungkin malu, karena tidak ada tempat remang-remang untuk bertransaksi," ujar Marco Marnadi, mantan Ketua Dewan Kesenian Semarang.
Selanjutnya, malam-malam Taman Menteri Supeno menjadi taman yang menyenangkan. Para penjaja makanan berderet mengitari taman, menjadi daya tarik orang berkunjung ke taman ini. Taman yang benderang, membuatnya tempat yang terbuka dan aman bagi keluarga yang membawa anak-anak di bawah umur.
Sampai akhirnya, tanggal 10 Oktober, taman ini berubah menjadi Taman Indonesia Kaya.
Diresmikan oleh Walikota Semarang, H. Hendrar Prihadi, SE. MM pada 10 Oktober 2018. Dalam sambutannya, Walikota mengatakan, "Kehadiran Taman Indonesia Kaya bisa memotivasi seniman Semarang belajar dari seniman nasional, bagaimana lightingnya, manajemennya. Kita bisa belajar dari mereka. Membangun kota ini harus bergerak bersama, taman ini sebuah contoh kita bergerak bersama."
Taman Indonesia Kaya adalah taman dengan panggung seni pertunjukan terbuka pertama di Jawa Tengah yang ditujukan sebagai wadah ekspresi para seniman dan pekerja seni. Groundbreaking Taman Indonesia Kaya telah dilakukan pada tanggal 1 November 2017 sebagai tanda dimulainya pembangunan taman dengan dihadiri oleh Walikota Semarang, H. Hendrar Prihadi, SE. MM bersama President Director Djarum Foundation, Victor Rachmat Hartono. Taman yang dahulu dikenal sebagai Taman KB ini bertempat di Jl. Menteri Soepeno, Semarang ini telah dipugar dan diberikan fasilitas-fasilitas baru yang dapat mendukung aktivitas masyarakat di sekitar taman.
“Bekerja sama dengan Pemerintah Kota Semarang, pembangunan Taman Indonesia Kaya merupakan wujud komitmen kami dalam memperkenalkan kebudayaan Indonesia bagi masyarakat khususnya generasi muda agar tidak kehilangan identitasnya sebagai bangsa Indonesia. Diharapkan dengan adanya Taman Indonesia Kaya di Semarang dapat menumbuhkan lebih banyak lagi seniman di Jawa Tengah dan sekitarnya yang akan berkontribusi kepada dunia industri kreatif di Indonesia," ujar Victor Rachmat Hartono, President Director Djarum Foundation.
Peresmian Taman Indonesia Kaya ditandai dengan pemencetan tombol dan penandatanganan prasasti oleh Walikota Semarang, H. Hendrar Prihadi, SE. MM yang didampingi oleh Wakil Walikota Semarang, Ir. Hr. Hevearita G. Rahayu bersama President Director Djarum Foundation, Victor Rachmat Hartono dan didampingi oleh Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian. Taman seluas 5.000 meter persegi ini siap dibuka dan dinikmati oleh masyarakat umum pada tanggal 11 Oktober 2018.
“Terletak di pusat kota, Taman Indonesia Kaya ini memberikan warna baru bagi Kota Semarang dan dapat menjadi rumah bagi para seniman Jawa Tengah yang bisa digunakan untuk berbagai macam kegiatan dan pertunjukan seni budaya. Diharapkan dengan kehadiran Taman Indonesia Kaya, para komunitas seni maupun para pekerja seni yang ada di Jawa Tengah akan lebih terinspirasi dan terdorong untuk menciptakan karya-karya baru untuk mengembangkan seni budaya Jawa Tengah, sehingga dapat lebih dikenal dan mampu bersaing di dunia seni pertunjukan Indonesia,” ujar H. Hendrar Prihadi, SE. MM, Walikota Semarang.
https://entertainment.kompas.com/read/2018/10/11/072757710/metamorfosis-taman-indonesia-kaya