Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angelina Sondakh Diteriaki Huuu........ ..

Kompas.com - 22/01/2008, 18:05 WIB

Laporan wartawan Persda Network: Rachmat Hidayat -- Ade Mayasanto

JAKARTA, SELASA - Aktris cantik yang juga politisi Partai Demokrat, mendapatkan reaksi tidak menyenangkan saat menjadi pembicara yang membela kubu pemerintahan SBY--JK. Sesekali ia diteriaki huu..... saat memberikan argumentasi soal kemiskinan dalam acara bertajuk Dialog Nasional 3 tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah "Kaum Miskin Menggugat" yang diselenggarakan oleh Gerakan Antipemiskinan Rakyat Indonesia (GAPRI) dan Oxfam, di Perpustakaan Nasional, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat (22/1) kemarin.

Angelina yang datang mengenakan gaun warna biru, rupanya sudah mengantisipasi segala kemungkinan.  "Saya ke sini sudah menyiapkan rompi anti peluru, karena dalam diskusi ini mengangkat tema yang mempermasalahkan kegagalan SBY-JK. Dan posisi saya adalah sebagai partai yang mendukung SBY-JK hingga akhir kekuasaan," kata Angelina sebelum memulai pembicaraan.

Para pembicara lain yang hadir, Ketua Umum Hanura, Wiranto, mantan Ketua DPR Akbar Tanjung dan pengamat politik Sukardi Rinakit hanya terlihat mesem-mesem. Ketiganya, hampir semua berbicara 'miring' tentang pemerintahan SBY--JK dalam masalah kemiskinan sekarang ini.  

Angelina kemudian mencoba menggiring para tamu yang hadir untuk secara fair melihat masalah kemiskinan saat ini.  Bahkan, ia menyindir beberapa elit politik yang menggarap masalah kemiskinan ini sebagai senjata ampuh menjelang Pemilu 2009.

"Kita mesti melihat secara fair, bagaimanapun angka yang digelontorkan untuk kemiskinan sudah relatif meningkat. Apa yang kita lakukan sudah menyentuh subtansi permasalahan. Dan ini ilmiah. Apa yang dilakukan saat ini dalam permasalahan kemiskinan adalah pemenuhan hak-hak dasar. Hanya saja karena ini menjelang 2009, jangan sampai orang miskin itu dipakai politisi. Pemilu sudah dekat," ujar Angelina Sondakh.

Di sini, mulai sedikit repon yang kurang menyenangkan dari para peserta dialog yang memadati salah satu ruangan Perpustakaan Nasional. Sesekali teriakan huuuu....... terdengar. Angelina menangkis dengan terus menebar senyum. Saat kembali berbicara, teriakan yang sama kembali terdengar, lagi-lagi Angelina hanya bisa tersenyum simpul, tanpa merasa tidak enak hati.
 
Acara terus berlanjut dan Angelina Sondakh meneruskan argumentasinya, membela pemerintahan SBY--JK..  "Walaupun data kemiskinan besar, tetapi kita harus adil melihat perkembangan angka kemiskinan yang justru membaik. Jangan sampai ada data-data yang menyesatkan soal angka kemiskinan dan pengangguran, " urainya.
 
"Masalah kemiskinan jangan dijadikan isu politik, masalah kemiskinan jangan dijadikan mainan para politisi. Pemilu sudah dekat, pasti banyak orang yang akan mengambil isu kemiskinan untuk jargon politiknya. Jangan sampai orang miskin mau dimanfaatkan untuk kepentingan politik tertentu," katanya lagi seraya terlihat menghela nafas panjang mengakhiri argumentasinya.

Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicated (SSS) Sukardi Rinakit setuju bila dikatakan angka kemiskinan menurun sekarang ini. Cuma saja, maksud penurunan kemiskinan yang dimaksud Sukardi, bukanlah jumlah orang miskin yang turun jumlahnya. Tapi?
 
"Kemiskinan bukan sekadar angka. Jadi kemiskinan memang semakin turun. Maksudnya, sudah turun ke anak, menantu, cucu dan seterusnya. Kemiskinan bisa atau akan kurang jika punya pemimpin yang baik, tegas, punya hati nurani," kata Sukardi Rinakit menimpali pernyataan Angelina Sondakh.
 
Apa yang dikatakan Sukardi Rinakit, langsung diamini Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto. Dijelaskan, bila publik berbicara tentang kemiskinan, tentu harus paham bagaimana orang miskin menjalani kehidupannya.
 
"Saya, waktu kecil juga hidup dalam kemiskinan, makan susah, beli baju susah, sekolah susah, jadi dirinya dapat merasakan kemiskinan," ujar Wiranto.
 
Wiranto kemudian ingin menggambarkan kondisi masyarakat miskin saat ini. Orang miskin, katanya, tidak boleh sakit. Sebab, jika sakit tidak akan bisa berobat. Orang miskin juga tidak boleh sekolah karena biayanya mahal. Bahkan, lanjut Wiranto, orang miskin tidak boleh mati, karena menguburnya perlu biaya.
 
"Inilah masalah yang memprihatikan bagi saya. Jika ingin mengentaskan kemiskinan dan pengangguran maka publik harus diajak bicara untuk bisa diambil kebijakan yang langsung menyentuh pokok persoalan. Setiap daerah memiliki persoalan yang berbeda dalam menghadapi kemiskinan dan pengangguran, sehingga penyelesaiannya tidak bisa disamaratakan," papar Wiranto.

Selama 3 tahun pemerintahan SBY-JK, tandas Wiranto, kemiskinan belum bisa dientaskan. "Kalau kita mengoreksi pemerintah hendaknya jangan dibalas dengan mengoreksi yang mengoreksi pemerintah. Sebab niat kami melakukan koreksi adalah baik," ujar Wiranto diplomatis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com