Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untukmu Artika Sari Devi

Kompas.com - 21/06/2009, 03:20 WIB

Awal 2006, Baim memulai proses pembangunan rumah dengan modal yang menurutnya pas-pasan. Untuk menambah modal membangun rumah, Baim menerima hampir semua tawaran menyanyi yang datang kepadanya. ”Pokoknya, gue kejar setoran banget. Hampir setiap malam gue berpikir, besok bisa nyanyi di mana lagi ya supaya gue bisa beli pasir dan semen,” tuturnya.

Baim menambahkan, Artika sebenarnya ingin membantu modal pembangunan rumah. Namun, sebagai laki-laki, dia merasa gengsi menerima bantuan Artika, apalagi ketika itu mereka belum menikah.

Karena uang yang dimilikinya terbatas, Baim mencari bahan-bahan material yang bagus tapi murah. ”Gue mencari sendiri toko besi dan kayu yang bisa memberi harga lebih murah. Gue ke luar masuk toko material pakai sepeda motor dan baju butut. Gue enggak buka helm ketika tanya-tanya harga, takut di-mahalin kalau mereka tahu gue artis.”

Baim mengenang, itu adalah masa-masa paling sibuk dalam hidupnya. Apalagi, pada saat bersamaan, dia harus menyelesaikan kuliah S-2-nya dan album solonya. ”Alhamdulillah, semuanya kelar dan yang penting gue enggak punya utang meski duit gue semuanya habis. Gue juga puas karena gue ngikutin secara detail semua proses pembangunan rumah ini,” ujarnya.

Pertengahan 2006, Baim menyelesaikan pembangunan rumah berlantai dua. Baim langsung menempati rumah tersebut ditemani asisten rumah tangganya. Artika bergabung di rumah tersebut tahun 2008 setelah mereka menikah.

Sampai sekarang, Baim kadang tidak percaya dia bisa membangun rumah tersebut. Karena itu, dia sering memandanginya sambil bergumam, ”Apa benar ini rumah gue?”

Ruang Miss Indonesia

Rumah Baim dan Artika bergaya minimalis dengan luas 310 meter persegi. Di lantai satu terdapat ruang tamu, ruang keluarga, satu kamar tidur, satu kamar mandi, dan sebuah studio musik. Hampir seluruh ruang ditata secara sederhana dengan perabotan secukupnya.

Di ruang tamu, hanya ada sebuah sofa dan meja mungil yang di atasnya dihiasi papan catur. Menurut Artika, papan catur itu untuk mengenang masa-masa ketika Baim sering apel ke rumahnya. ”Kalau dia datang ke rumah, bapak saya suka mengajaknya main catur,” katanya.

Ruang itu hanya dihiasi sebuah foto perkawinan, beberapa lampu hias yang ditata sembarangan, dan sebuah lampu gantung bergaya futuristik.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com