Berlian Hutauruk dan Yockie Suryoprayogo kembali bekerja sama. Pada perayaan hari lahir ke-44 Kompas
Dalam pertunjukan mereka semalam, dengan format pengiring minimal (Yockie pada piano, Edi Kemput pada gitar, dan Irfan Chasmala pada synthesizer) dan aransemen yang benar-benar anyar, Berlian dan Yockie seakan menafsirkan kembali kerja sama mereka, baik terhadap Badai maupun atas ”Ketika Cinta Kehilangan Kata” itu. Yang muncul adalah ruh serba baru yang memberi ruang lebih pada kesempatan berkontemplasi, misalnya dengan menenung ”Badai Pasti Berlalu” dan ”Matahari” bertempo lebih lambat bernada dasar lebih rendah, atau memberi porsi lebih pada vokal dalam ”Ketika Cinta Kehilangan Kata”. Pantas diselipkan catatan di sini: pencapaian nada tinggi Berlian belum berubah sejak dulu: nada C-tinggi masih tanpa kesulitan ia lewati.
Yang benar-benar baru pada kerja sama kali ini adalah ditampilkannya ”Pelangi” dari album Badai dalam suara Berlian serta ”Tembang Lestari” karya Leo Kristi dalam duet vokal Berlian-Yockie. ”Pelangi” pada Badai versi orisinal dibawakan oleh Chrisye. Sedangkan ”Tembang Lestari” kali pertama dibawakan duet Leo-Berlian pada awal 1980-an dalam program ”Chandra Kirana” TVRI dengan gitar oleh Leo dan orkes lengkap Chandra Kirana pimpinan Diah Iskandar.
Bila dalam versi asli, sejumlah bar pembuka ”Tembang Lestari” dimainkan dengan gitar tunggal Leo Kristi dan dua bait pertama dinyanyikan oleh Leo Kristi, pada ”Pop Ruwatan” semalam porsi gitar digantikan dengan piano Yockie, sedangkan dua bait pertama dilantunkan oleh Yockie sendiri. Yang betul-betul kenal dengan ”Tembang Lestari” Leo Kristi akan menegasikan adagium tua bahwa ”tak ada yang baru di bawah Matahari”. Yockie sebagai penata musik dalam tembang luar biasa Leo Kristi ini tampaknya mengerahkan seluruh kemampuan musikalnya untuk menjadikan ”Tembang Lestari” sebagai ciptaan baru ”yang lama biarlah dengan keabadiannya, yang baru sudah datang”, terutama sejak bagian ”lanjut usiamu, lanjut semangatmu...” dan seterusnya.
Selain perubahan total arsitektur musikalnya, ”Tembang Lestari” ini dibawakan Berlian dengan denyutan-denyutan suara dan gerakan kepala, leher, dan dada yang serasi dan teatrikal. Duet Yockie dan Berlian dalam ”Tembang Lestari” ini memperlihatkan betapa sebuah lagu yang telah jadi pakem karena segala kelebihannya oleh sang pencipta ternyata dapat diciptakan kembali dengan segala kelebihan setara.
Dengan penafsiran artistik ”yang bertanggung jawab” atas kelima lagu yang disebut tadi, ”Pop Ruwatan: Badai Pasti Berlalu” adalah sebuah panggung merevitalisasi zona dalam musik pop Indonesia yang pernah tumbuh dengan segala keanekaragamannya yang kreatif di tengah musik pop industri masa kini yang sepertinya membolehkan hanya musik band yang boleh bertumbuh: grup anak laki dalam rentang usia belasan sampai 20-an tahun. Bias jender dan terpenjara rentang usia.