Meski lahir dan tumbuh dewasa di Surabaya, dan sangat medok berbicara dengan bahasa Jawa Suroboyoan, kultur Maluku kuat tertanam dalam keluarga Bob. Ia bahkan dipilih menjadi ketua perkumpulan keluarga besar warga Ouw di Jakarta yang disebut Perkumpulan Lisaboli-Kakelisa Jakarta atau PLKJ. Sampai tahun ini Bob sudah 30 tahun menjadi ketua.
Ouw adalah nama desa di Pulau Saparua, Maluku, daerah asal nenek moyang Bob. Nama kampung itu terabadikan dalam lagu ”Ouw Ulath-e” yang dipopulerkan Pattie Bersaudara.
”Kami berasal dari nenek moyang yang sama. Orang Ouw dulu berasal dari Kampung Seith. Kami berpindah karena berbeda faham, tapi kami tetap rukun. Kami sebut mereka kakak, dan mereka sebut kami adik. Lewat perkumpulan ini kami menjaga persaudaraan supaya tidak putus,” kata Bob.
Merawat kerukunan dan bernyanyi itulah yang ingin terus dilakukan Bob. Keduanya mempunyai hakikat sama, yaitu menjaga harmoni hidup.
Di tengah bisnis musik yang kini hanya memuja penyanyi muda, Bob ingin membuktikan bahwa publik Tanah Air sebenarnya terbuka untuk mengapresiasi penyanyi dari kalangan usia mana pun. Ia memberi contoh, Amerika Serikat juga mempunyai Andi Williams (81) dan Tony Bennett (83) yang sampai hari ini masih bernyanyi. Dulu ada Frank Sinatra (1915-1998) yang bernyanyi sampai akhir hayat.
”Indonesia belum punya penyanyi yang pada usia 70 tahun masih bisa meletup seperti mereka. Janganlah kalau sudah usia 70 lalu entek kabeh, habis semua. Saya akan terus nyanyi karena eksistensi saya memang sebagai penyanyi,” kata Bob.