Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bob Tutupoly, Setengah Abad Bernyanyi

Kompas.com - 07/11/2009, 04:39 WIB

Oleh FRANS SARTONO

Penyanyi Bob Tutupoly akan genap berusia 70 tahun pada 13 November 2009. Pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur, 13 November 1939, itu telah lebih dari 50 tahun berada di pentas hiburan. Suaranya menghiasi kehidupan di negeri ini lewat lagu seperti ”Mengapa Tiada Maaf” sampai ”Widuri”.

Suatu hari pada acara anak di RRI Yogyakarta, tahun 1946, seorang bocah bernyanyi lagu Ambon ”Sarinande”. Penyanyi cilik itu harus naik ke atas meja lantaran tiang mikrofon tak bisa dipendekkan. Sang nenek yang berada di Surabaya kebetulan menangkap siaran radio di masa perjuangan itu. Nenek itu menangis haru karena tak pernah mendengar kabar tentang anak-cucunya. Bocah itu adalah Bobby Willem Tutupoly atau Bob Tutupoly.

Tiga belas tahun setelah itu, Bob merekam suara di perusahaan rekaman Lokananta, Solo, Jawa Tengah. Dan dia kembali menyanyikan ”Sarinande”, plus sederet lagu Ambon, termasuk ”Mande-mande”. Sejak itu Bob tidak pernah pensiun sebagai penyanyi. Terhitung sejak rekaman di Lokananta tahun 1959 itu, Bob telah bernyanyi selama 50 tahun dan masih akan bernyanyi.

”Yang bisa memensiunkan penyanyi itu pendengarnya,” kata Bob yang berencana merayakan hari ulang tahunnya di Jakarta pada 17 November nanti.

”Saya bersyukur kok di usia sekian saya masih bernyanyi, padahal sampai sekarang do-re-mi saja saya tak bisa baca. Kalau dikasih lagu baru dan disuruh baca not, minta ampun deh he-he...” kata Bob.

”Saya sendiri kaget kok sudah tujuh puluh. Rasanya cepat sekali,” katanya.

Kaget dan terasa cepat karena urusan nyanyi bagi Bob tak bersangkut dengan usia. Bagi Bob, bernyanyi itu melekat dengan keberadaannya. Bernyanyi bukan perkara musiman, tapi sepanjang hayat.

”Saya dulu tak punya keinginan untuk jadi terkenal. Saya hanya ingin bernyanyi,” kata Bob yang menyiapkan album spesial untuk hari jadinya.

Keinginan itu sudah terlihat saat ia menyanyi di RRI Yogya itu.

Waktu duduk di SMP Kristen Petra Surabaya, Bob membentuk band sekolah. ”Kalau main di acara ulang tahun, kami dapat uang lelah. Saya gunakan uang itu untuk membeli bandeng dan (minuman) Bols untuk Oma dan Opa,” kata Bob.

Nenek dan kakek Bob itulah yang memberi semangat Bob untuk bernyanyi. Sedangkan ayah Bob, Adolf Laurens Tutupoly,

melarang anaknya bernyanyi. Sang ayah yang bekerja di perusahaan perkapalan itu menganggap menyanyi tidak bisa dijadikan penghidupan. Bob akhirnya diizinkan bernyanyi, tetapi hanya pada Sabtu malam dan dibatasi sampai pukul 23.30. ”Itu pun setelah negosiasi alot. Sebelumnya saya harus pulang pukul 11.00,” katanya.

Karier dan popularitas

Sikap keras sang ayah tidak menjadikan Bob surut langkah. Saat SMA ia bernyanyi di acara jazz di RRI Surabaya bersama tokoh jazz kenamaan Didi Pattirane. Bersama Didi pula Bob membentuk band Bhineka Ria. Pada band ini ada Lody Item yang adalah ayah dari gitaris Jopie Item. Band ini menjadi juara pertama festival band se-Indonesia di Surabaya tahun 1959. ”Waktu itu saya hanya ingin nama saya dikenal di Jakarta,” kata Bob.

Akan tetapi, anak kedua dari lima bersaudara pasangan Adolf L Tutupoly dan Elizabeth Wilhelmina Tutupoly itu harus menuruti keinginan ayahnya agar Bob kuliah. Dia kemudian kuliah di Perguruan Tinggi Ekonomi Surabaya. Karena masih juga bernyanyi, Bob dikirim ke Bandung untuk kuliah di Universitas Padjadjaran. Namun, justru di Bandung itulah kegemarannya menyanyi makin menjadi-jadi. Ia bergabung dengan band Crescendo yang sering tampil di Hotel Homman dan Bumi Sangkuriang.

Di Bandung, ia berkenalan dengan Didi Chia, seniman jazz dalam grup The Jazz Riders. Bersama band inilah Bob kemudian bernyanyi tetap di Hotel Indonesia tahun 1963. Di Jakarta terbukalah kesempatan Bob untuk dikenal di pentas musik Tanah Air. Itu dimulai ketika pada 1965 Bob diajak gitaris Enteng Tanamal, pimpinan band Pantja Nada, untuk bernyanyi di Album Natal yang juga menampilkan Pattie Bersaudara. Bob menyanyikan dua lagu ”Whispering Hope” dan ”Mary’s Boy Child”.

Pada paruh kedua 1960-an, Bob Tutupoly mulai terkenal lewat lagu ”Tinggi Gunung Seribu Janji”, ”Hanya Padamu”, dan ”Tak Mungkin Kulupa” yang intro organnya mirip ”Whiter Shade of Pale”-nya Procol Harum itu. Bob makin kondang lewat ”Tiada Maaf Bagimu”.

Tahun 1969 hingga 1976 Bob mengembara di Amerika Serikat. Ia bernyanyi di kelab malam di Los Angeles sampai San Francisco. Bob kemudian tampil tetap di Restoran Ramayana, New York, sejak 1972. Di restoran milik Pertamina itu Bob menjadi manajer sekaligus penyanyi tetap. Kembali ke Indonesia tahun 1976, Bob terkenal lewat ”Widuri” karya Adriyadie. Era awal 1980, Bob memopulerkan ”Simfoni yang Indah”.

Pengalaman di dunia hiburan membawa Bob menjadi pembawa acara. Ia juga memandu acara kuis di TVRI pada era 1980-an. Pada era 2000-an ia mengasuh acara Tembang Kenangan di Indosiar selama lima tahun.

Menjaga harmoni

Meski lahir dan tumbuh dewasa di Surabaya, dan sangat medok berbicara dengan bahasa Jawa Suroboyoan, kultur Maluku kuat tertanam dalam keluarga Bob. Ia bahkan dipilih menjadi ketua perkumpulan keluarga besar warga Ouw di Jakarta yang disebut Perkumpulan Lisaboli-Kakelisa Jakarta atau PLKJ. Sampai tahun ini Bob sudah 30 tahun menjadi ketua.

Ouw adalah nama desa di Pulau Saparua, Maluku, daerah asal nenek moyang Bob. Nama kampung itu terabadikan dalam lagu ”Ouw Ulath-e” yang dipopulerkan Pattie Bersaudara.

”Kami berasal dari nenek moyang yang sama. Orang Ouw dulu berasal dari Kampung Seith. Kami berpindah karena berbeda faham, tapi kami tetap rukun. Kami sebut mereka kakak, dan mereka sebut kami adik. Lewat perkumpulan ini kami menjaga persaudaraan supaya tidak putus,” kata Bob.

Merawat kerukunan dan bernyanyi itulah yang ingin terus dilakukan Bob. Keduanya mempunyai hakikat sama, yaitu menjaga harmoni hidup.

Di tengah bisnis musik yang kini hanya memuja penyanyi muda, Bob ingin membuktikan bahwa publik Tanah Air sebenarnya terbuka untuk mengapresiasi penyanyi dari kalangan usia mana pun. Ia memberi contoh, Amerika Serikat juga mempunyai Andi Williams (81) dan Tony Bennett (83) yang sampai hari ini masih bernyanyi. Dulu ada Frank Sinatra (1915-1998) yang bernyanyi sampai akhir hayat.

”Indonesia belum punya penyanyi yang pada usia 70 tahun masih bisa meletup seperti mereka. Janganlah kalau sudah usia 70 lalu entek kabeh, habis semua. Saya akan terus nyanyi karena eksistensi saya memang sebagai penyanyi,” kata Bob.

BOB TUTUPOLY • Lahir: Surabaya, 13 November 1939 • Istri: Rosmaya Suti (58) • Anak: Sasha Karina (31) • Karier televisi: a. Pembawa acara di TVRI - Kuis Pesona 13 - Kuis Silih Berganti - Kuis Ragam Pesona b. Tembang Kenangan di Indosiar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau