Budi Suwarna
Mari sejenak membayangkan Luna Maya kecil dengan kaki berlepotan lumpur karena sering main di sawah. Mari bayangkan Luna mengejar layang-layang di sebuah kampung di Bali.
Sebagai artis terkenal, apa pun yang menyangkut hidupnya—meski remeh-temeh—bisa jadi berita. ”Sampai-sampai orang ingin tahu baju dalam saya bagaimana. Heran deh, apa pentingnya,” kata Luna ketika ditemui seusai acara musik
Bagaimana rasanya jadi sorotan? Luna mendesahkan napas. ”Kadang saya merasa bukan lagi manusia, melainkan robot yang terus-terusan melayani keingintahuan publik,” ujarnya.
Gadis kelahiran Bali, 26 Agustus 1983, itu mengaku sadar, ketika dia terjun ke dunia hiburan, kehidupan pribadinya bakal terusik. Namun, dia tidak menyangka seluruh aspek hidupnya akan
Luna merasa jadi komoditas?
”Ya, saya tidak ada bedanya dengan
Belakangan ini Luna memang sedang gundah. Meski demikian, dia tetap cantik. Pipinya merona merah dan matanya bercahaya. Rambut lurusnya digerai begitu saja dan melambai-lambai tertiup angin yang keluar dari penyejuk ruangan di Studio RCTI.
Jadi, Luna ingin bagaimana?
”Saya ingin diperlakukan seperti manusia biasa yang punya rasa dan hak individu. Saya ingin bebas melakukan sesuatu tanpa takut jadi sorotan orang. Saya juga ingin bisa berbagi,” kata Luna yang tahun lalu bersama teman-temannya mendirikan Yayasan Syair untuk Sahabat.
Yayasan yang didedikasikan untuk ODHA (orang dengan HIV/AIDS) itu barangkali adalah sedikit ruang bagi Luna untuk menjauh barang sebentar dari dunia hiburan yang ingar-bingar, gemerlap, dan sarat intrik.
Luna termasuk artis laris Tanah Air. Wajahnya hampir setiap hari muncul di acara musik, sinetron, video klip, gosip, hingga iklan. Padahal, dia mengaku tidak sengaja tercemplung ke dunia hiburan.
Pemicu awalnya adalah ketika wajah Luna terpilih sebagai pemenang ketiga
Setelah lulus SMA, dia nekat hijrah sendirian dari Bali ke Jakarta dan bergabung dengan Look Model Inc. Dari sinilah dia mulai menjejaki dunia hiburan. Dia tampil sebagai model iklan dan video klip, kemudian main film, main sinetron, jadi Bintang Lux, presenter, dan belakangan menjadi penyanyi. ”Semua mengalir apa adanya,” katanya.
Tidak terasa, hampir 10 tahun Luna mengalir di pentas hiburan. Selama periode itu, ia memetik banyak pelajaran berharga. Salah satunya adalah soal basa-basi. ”Dunia hiburan itu benar-benar seperti panggung sandiwara. Senyumnya sama artifisialnya dengan
Siang itu, dia ”mempraktikkan” bagaimana senyum yang artifisial. Ketika itu, perbincangan terpotong karena ada beberapa perempuan yang ingin berfoto dengannya. Luna pun tersenyum manis dan melayani mereka satu per satu meski hari itu dia sedang gundah.
Apa tidak capek seperti itu?
”Ya, capeklah. Itu tidak sesuai dengan karakter saya yang sebenarnya. Saya ini bukan tipe orang yang
Dunia hiburan, lanjutnya, juga kejam. Persaingannya saling menjatuhkan. ”Ada
Duh, siapa yang tega menggelincirkan orang secantik Luna!