Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tio Pakusadewo: Banyak Aktor Tidak Cerdas!

Kompas.com - 10/01/2010, 16:10 WIB
DAHONO FITRIANTO

 

Setelah menunggu 18 tahun, Tio Pakusadewo (46) mendapatkan Piala Citra kedua sebagai pemeran utama pria terbaik pada malam anugerah Festival Film Indonesia, 16 Desember 2009. Di tengah kegembiraan itu dan makin meriahnya industri perfilman nasional, Tio bicara soal persiapan seorang aktor, penurunan mutu cerita film Indonesia, dan perlunya pendidikan film di negeri ini.

Piala Citra kedua ini ia peroleh melalui permainannya memerankan tokoh Adam dalam film Identitas karya sutradara Aria Kusumadewa. Sebelumnya, Tio meraih Piala Citra untuk kategori sama dalam FFI 1991 untuk film Lagu untuk Seruni (1991). Ia beperan sebagai Aria, seorang komponis idealis di film garapan sutradara Labbes Widar itu.

Di Identitas, peran yang dimainkan Tio adalah seorang penjaga kamar mayat. Ia mengaku tokoh Adam yang tampil di film adalah hasil pengembangannya sendiri dari karakter yang ada di skenario asli. ”Saya menawarkan sosok Adam yang berbeda. Secara fisik, gesture, cara berpikir, dan karakter yang berbeda sehingga ekspresinya juga beda. Saya coba bangun karakter ini dari awal dan didukung oleh sutradara,” kata Tio di rumahnya di bilangan Ampera, Jakarta Selatan, hari Rabu (6/1).

Salah satu yang dilakukan Tio adalah merekayasa tampilan fisik sosok Adam, yakni dengan memberi gigi tonggos dan memakai kacamata tebal. ”Sebagai penjaga kamar mayat, ekspresi wajahnya tidak boleh sama dengan orang kebanyakan. Sosoknya harus unik,” tuturnya.

Menginterpretasikan sendiri tampilan karakter yang ia mainkan memang biasa dilakukan Tio. Seperti saat ini, ia sedang bersiap bermain dalam film terbaru Deddy Mizwar, berjudul Alangkah Lucunya Negeri Kami. Tio kebagian peran sebagai seorang raja copet.

Meski tidak dijelaskan di skenario, Tio membayangkan sejarah seorang raja copet pasti pernah tertangkap dan dipukuli banyak orang. Itu sebabnya, ia menawarkan sosok raja copet ini tangannya agak cacat, kiting, dan matanya sipit sebelah. ”Saya biasa menegosiasikan peran, tidak melulu mengikuti script,” tandas Tio.

Hampir semua make up yang diperlukan untuk mengubah tampilan wajahnya itu dikerjakan sendiri oleh Tio, misalnya memesan gigi palsu tonggos untuk tokoh Adam maupun menyipitkan mata dengan plester. ”Saya belajar itu dari dunia lukisan. Satu titik saja bergeser dari tempatnya, terutama di bagian mata, udah jadi orang lain,” ungkap penggemar Salvador Dali, yang menekuni hobi melukis lima tahun belakangan.

Memahami make up, lanjut Tio, hanya salah satu syarat yang harus dimiliki seorang aktor film yang baik. Seorang aktor bahkan diharuskan ”meling” atau ”melek lingkungan”, yakni sadar bahwa keterlibatan seseorang dalam produksi film itu melibatkan banyak pihak.

Seorang aktor harus menyadari, misalnya, fungsi dan perbedaan antara sutradara dan asisten sutradara. Kemampuan seorang aktor di film juga sangat dipengaruhi oleh editing, lighting, suara, musik, sudut kamera, lawan main, kostum, dan banyak lagi unsur lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com