Jubing Kristianto, Berbagi Kepiawaian Bergitar

KOMPAS.com — Resital Gitar bertajuk ”Jalan Hidup Enam Senar Jubing Kristianto” di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (4/2/2010) malam, dipadati ratusan pengunjung.

Satu jam sebelum pertunjukan, ruangan utama berkapasitas sekitar 250 orang sudah penuh. Agar tak mengecewakan pengunjung, di luar ruangan dipasang televisi dan layar lebar di ruangan lainnya.

Jubing dalam resitalnya tidak hanya menunjukkan kepiawaiannya bermain gitar akustik, mulai dari satu jari, dua jari, hingga semua jari, tetapi juga berkisah tentang perjalanannya mencintai musik dan menjadi gitaris yang tiada duanya di Indonesia.

Dibuka dengan lagu ”Nina Bobo”, sebagai lagu pertama yang ia dengar dari ibu-bapaknya, yang juga pemusik, Jubing, yang telah meluncurkan tiga CD album solonya gitarnya, yaitu Becak Fantasy (2007), Hujan Fantasy (2008), dan Delman Fantasy (2009), lebih banyak memainkan cuplikan lagu.

Hanya beberapa lagu yang dimainkan secara utuh. Puncak penampilan ketika ia memainkan ”Ayam Den Lapeh” dengan teknik yang tidak dimiliki gitaris lain, seperti memetik gitar bersamaan dengan menabuh badan gitar. Permainan gitar Jubing yang variatif memberikan roh terhadap lagu tersebut.

Jubing menjelajahi berbagai repertoar. Akan tetapi, dia mengakui, yang tersulit untuk solo gitar adalah jenis keroncong.

”Tetap bisa saya mainkan, tapi rohnya belum dapat,” ujarnya.

Tampil sekitar dua jam, Jubing Kristianto memukau dan memuaskan penonton. (NAL)