Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Magelang di Panggung Madonna

Kompas.com - 18/06/2010, 07:08 WIB
BRE REDANA

Pengalaman sangat penting dalam kariernya sebagai penari itu bermula ketika ia selesai menari untuk membantu temannya di Highways Performance Space, Los Angeles, Amerika Serikat.

Seorang yang mengaku agen pencari bakat mendatanginya, memberinya kartu nama, dan menyarankan agar ia ikut audisi untuk Madonna yang tengah mencari penari.

"Teman saya sedang membuat karya untuk ujian S-2. Saya membantunya sebagai penari," kenang Eko Supriyanto (40) mengenai kejadian pada tahun 2001 itu. Waktu itu, ia sendiri tengah mengambil gelar master untuk bidang koreografi dan performans di Universitas California Los Angeles (UCLA).

Seusai menari itulah ia didatangi seseorang yang mengaku agensi dari Gazilian Spencer. Kata orang tersebut, Madonna tengah butuh penari untuk videoklip. Kalau berminat, Eko diminta datang esok paginya. Serahkan saja kartu nama tersebut kepada pihak Madonna, begitu pesan orang tadi.

"Pukul enam pagi saya datang. Tempatnya di Sunset Boulevard," cerita Eko menyebut bulevar sangat terkenal di LA. "Ternyata di situ sudah ada ribuan orang. Bukan untuk videoklip, tetapi audisi untuk menjadi penari," ujarnya.

Seleksi pendahuluan, peserta audisi—yang jumlahnya sekitar 6.000 orang—cukup berdiri berjajar beberapa belas peserta sekaligus. Kalau penyeleksi bilang thank you, si peserta harus tahu diri: menyingkir, alias tidak lolos. Kalau stay, mereka boleh tetap tinggal di tempat untuk seleksi selanjutnya. Pada pukul 18.00, Eko jadi salah satu peserta yang dinyatakan lolos. Ia diminta datang pada seleksi berikut, tiga hari kemudian.

"Yang lolos 300 orang. Hampir semuanya orang Amerika. Pada seleksi yang kedua ini Madonna datang. Kami ditanya-tanya," katanya. Singkat kata, dari situ terpilih 12 penari, berasal dari proses audisi di LA yang diikuti 6.000 peserta, serta dari New York dengan peserta audisi berjumlah kurang lebih sama.

Inilah babak baru bagi anak Magelang, kelahiran Astambul, Kalimantan Selatan, 26 November 1970, itu untuk ambil bagian dalam tur Madonna di Amerika dan Eropa: "Drown World Tour". "Latihan 3 bulan, dilanjutkan tur selama 9 bulan dengan total 268 show," kata Eko.

Latihan dilakukan dengan disiplin sangat tinggi dan jadwal ketat. Setiap hari latihan pukul 08.00 sampai 23.00, dari hari Senin sampai Sabtu. Eko menceritakan, untuk mencuci pakaian pun ia tidak pernah sempat. Kedisiplinan, presisi gerak, di lain pihak "kemakmuran" industri hiburan serta suasana kekeluargaan, dikenang Eko pada masa berikutnya ketika ia hidup "di jalan" bersama seluruh rombongan Madonna yang berjumlah 280 orang.

"Kami jalan bareng tanpa ada perbedaan, apakah itu pemusik, penari, atau kru. Madonna sendiri selalu menekankan, 'The show is us, not only me' (Pertunjukan ini kita semua, bukan hanya saya)," ucapnya. Semua punya hak sama, termasuk dalam menentukan menu makan. "Saya minta masakan Jawa berupa tempe bacem pun dibikinkan. Dari mana tempenya, saya tidak tahu." Eko juga berbangga, di situ tidak ada istilah "penari latar" (back up dancer). Menurut Madonna, "dancer is dancer" (penari adalah penari).

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com