Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Perempuan Merayakan Kehamilan

Kompas.com - 17/10/2010, 12:01 WIB

KOMPAS.com - Semangat zaman senantiasa berubah. Tak terkecuali dalam memaknai kehamilan, gerbang kehidupan. Bagi perempuan urban, hamil kini menjadi ajang penyataan diri. Kondisi tubuh yang tengah membesar itu justru dirayakan, dieksplorasi, dan dipertontonkan. Perayaan itu bukan lagi dengan upacara adat, tetapi dengan ”pemujaan” yang lain, yakni melalui lensa kamera. Bagi industri gaya hidup di dunia konsumsi, gagasan ini bak gayung bersambut.

Masih ingat aktris Hollywood, Demi Moore, yang tampil tanpa busana dalam keadaan hamil besar di sampul muka majalah Vanity Fair, Agustus 1991?

Terlepas dari kontroversi yang mencuat, sejarah bergulir dan membuktikan dirinya. Sejak itu, dan khususnya belakangan ini, perempuan hamil tanpa rikuh unjuk diri berfoto seperti Demi. Paling tidak tetap berbusana, tetapi dengan bangga memamerkan perut besarnya yang terbuka.

Gebrakan revolusioner Demi hampir dua dekade lalu itu diikuti sederet selebriti lainnya, seperti Britney Spears, Claudia Schiffer, Christina Aguilera, dan juga Eva Herzigova. Tahun 2009 lalu di Jepang, tren berfoto seksi saat hamil kian mewabah di negeri yang tingkat fertilitasnya amat rendah itu. Di Amerika Serikat, kontes perempuan hamil berbikini digelar secara rutin.

Nah, di Jakarta, tak hanya kalangan selebriti yang mengikuti jejak Demi, tetapi juga perempuan-perempuan yang sehari-hari biasa kita jumpai di mal, kantor, juga angkutan umum. Mereka tak rikuh untuk menunjukkan kebuncitan perutnya melalui busana hamil yang ketat, atraktif, dan berfoto serba terbuka. Lalu, menikmatinya diam-diam.

Gejala apakah ini? Pengamat gaya hidup urban sekaligus pengajar Filsafat dari Universitas Indonesia, Tommy F Awuy, memaknainya sebagai sebuah semangat zaman yang menggiring perempuan memerdekakan tubuhnya dari berbagai macam penabuan versi laki-laki.

”Hamil itu kini justru dianggap seksi. Perempuan makin bangga, kehamilan itu bagian dari proses reproduksi yang memberikan kehidupan,” kata Tommy, yang mengaku istrinya juga sempat difoto secara khusus ketika hamil.

Dahulu, lanjut Tommy, perempuan hamil cenderung menutupi perut gendutnya dengan baju-baju longgar dan cenderung mengurangi aktivitas di luar rumah. Kini, perempuan hamil justru menampilkan kehasratan tubuh mereka sendiri. ”Oke, lihatlah tubuhku ini. Ini kegairahan. Merayakan reproduksi, merayakan kehidupan,” imbuh Tommy.

Tren
Gejala tersebut juga nyata bagi fotografer Diah K Wijayanti (34), yang kini memantapkan dirinya sebagai fotografer spesialis perempuan hamil. Diah bertutur, lima tahun terakhir di Jakarta, kian menguat fenomena ibu-ibu hamil gemar difoto terbuka.

”Semua ibu hamil yang minta difoto selalu ingin difoto seksi, atraktif. Awalnya malu-malu, tetapi karena sama-sama perempuan, mereka nyaman dan tak rikuh lagi,” ujar Diah.

Pada awalnya Diah sendiri menjadi ”pelaku”. Tahun 2003, Diah mengalami keguguran dan merasa amat sedih, takut tak bisa hamil lagi. Ketika akhirnya berhasil hamil, Diah saban bulan keluar masuk studio foto untuk mengabadikan perkembangan perut gendutnya. Niatnya, foto- foto itu untuk kenang-kenangan dan hadiah bagi anaknya di hari pernikahannya kelak.

”Saya bahagia sekali, bersyukur, dan bangga dengan kehamilan saya. Dan momen itu harus diabadikan,” ujar ibu dua putri ini.

Tahun 2005, Diah lalu menggelar pameran foto karyanya yang bertajuk 9 Months yang berisi foto-foto perempuan hamil besar dalam berbagai pose, dari seksi sampai funky. Nyaris seluruhnya dengan tampilan perut gendut terbuka. Sejak itulah hingga kini, jadwal Diah tak pernah sepi dari jadwal memotret perempuan yang tengah hamil besar.

”Latarnya mulai dari outdoor, studio, rumah, sampai sewa kamar hotel. Pihak suami juga semangat banget. Seperti mau foto pre-wedding saja,” ujar Diah.

Fotografer lainnya, Ferry Indrawang (33), juga mencermati tren tersebut. Perempuan hamil kini kian tak ragu untuk menunjukkan diri. Menurut Ferry, kalau toh ada perempuan enggan difoto, itu cuma 15 menit pertama. Ketika perempuan sudah merasa nyaman, bakal ketagihan difoto terus. Begitu pula ”hukum” yang berlaku bagi perempuan hamil. Ferry mengakui, perempuan hamil besar kini menjadi ceruk pasar tersendiri bagi dunia fotografi profesional.

”Lagipula semua orang, tak cuma perempuan, sebenarnya cenderung mengagumi dirinya sendiri. Siapa yang enggak ngaca minimal sekali sehari? Apa pun yang memantulkan bayangan pasti orang ngelirik, kan? Kalau perlu ngaca di air,” ujar Ferry terbahak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com