Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menerbitkan Buku Karya Sendiri

Kompas.com - 02/11/2010, 03:19 WIB

Menjadi penulis seperti Dewi Lestari, Djenar Maesa Ayu, Ayu Utami, atau yang sedang naik daun, seperti Raditya Dika dan Sita Karina, bisa jadi impian bagi sebagian dari kita. Kita pengin menjadi penulis yang karyanya dibaca banyak orang.

ak perlu khawatir tak bisa menulis. Sebab, belakangan ini banyak muncul ”penulis dadakan”, yakni mereka yang mau menulis di mana saja, di blog, jurnal pribadi, hingga catatan di halaman akun Facebook.

Namun, meski punya banyak karya, tak semua bisa menerbitkan karya mereka menjadi sebuah buku. Banyak alasannya, tetapi rata-rata karena tak tahu bagaimana cara menembus ”birokrasi” yang ditetapkan penerbit buku.

Chintya Bamby, mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM), misalnya, sejak tahun lalu sudah berusaha menawarkan novel karyanya ke sebuah penerbit besar. Ia meninggalkan karyanya beserta alamat dan nomor telepon untuk memudahkan pihak penerbit.

Hingga tahun 2010 tak ada kabar gembira yang dia tunggu-tunggu. Akhirnya, Bamby, panggilannya, nekat menerbitkan novel karyanya itu di halaman akun Facebook miliknya, tanpa rasa khawatir karyanya akan dijiplak atau diambil orang.

”Baru setelah diingatkan teman bahwa karyaku bisa diambil orang, aku hapus,” katanya.

Bamby tidak kecewa. Semangatnya untuk menembus penerbit besar itu terus berkobar. Kini, sudah dua karyanya yang hampir selesai. Dia sedang mencari jalan untuk kembali menembus penerbit besar idamannya. Jalur indie belum bisa dia jajal karena keterbatasan modal.

Menembus penerbit

Christina M Udiani dari Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) menuturkan, naskah yang diterbitkan KPG harus memenuhi dua syarat utama, yakni bagus secara redaksional dan berpotensi diterima pasar.

Bagus secara redaksional, tentunya naskah tersebut harus sesuai dengan misi penerbit. KPG menaruh perhatian pada tema sains dan humaniora. Untuk fiksi, diharapkan naskah yang masuk bisa menghibur pembaca karena menunjukkan batas-batas terluar sisi kemanusiaan kita.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com