Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kegagapan Berbuah Oscar

Kompas.com - 01/03/2011, 16:15 WIB

LOS ANGELES, KOMPAS.com — Perhelatan Academy Awards (Oscar) 2011 baru saja berakhir dengan menempatkan The King's Speech sebagai penerima takhta tertinggi. Film garapan sutradara Tom Hooper ini didaulat sebagai penerima penghargaan Film Terbaik, termasuk tiga penghargaan bergengsi lainnya. “You still stammer on the ‘W’  “Well I had to throw in a few so they knew it was me."

Colin Firth mungkin akan lebih gagap mengucapkan huruf ‘W’ dalam dialog filmnya seandainya dia tahu akan menjadi the Winner dalam perebutan piala Oscar sebagai Aktor Terbaik. Empat penghargaan Oscar berhasil direbut film The King’s Speech dalam ajang tahunan Academy Awards 2011, yang berlangsung di Kodak Theatre, Hollywood, California (AS), Minggu (27/2/2011). Film ini juga mengantarkan Colin Firth sebagai Aktor Terbaik, Tom Hooper  (Sutradara Terbaik), dan Skenario Orisinal Asli Terbaik (David Seidler).

Academy Awards tahun ini memang ramai diperebutkan oleh film-film yang berkualitas. Selain The King’s Speech, masih ada The Social Network, Black Swan, The Fighter, Inception, The Kids are All Right,  127 Hours, Toy Story 3, True Grit, dan Winters Bone.

The King’s Speech pantas diacungi jempol atas segala keunggulannya. Cerita orisinal yang  mengisahkan tentang Raja George VI (Colin Firth) yang tiba-tiba didorong menjadi Raja menggantikan kakaknya, yaitu Raja Edward III (Guy Pearce), yang dianggap tidak mampu dan tidak layak karena niatnya menikahi seorang janda Amerika.

Mendiang ayahnya, Raja George V (Michael Gambon), sebenarnya berharap banyak pada anak keduanya ini, karena melihat adanya jiwa kepemimpinan yang lebih baik daripada kakaknya. Itu sebabnya Raja George V terus mendorongnya untuk tampil dan bicara di publik mewakilinya, yang sudah makin tua dan sakit-sakitan. Bertie--nama panggilan Raja George VI--berusaha memenuhi harapan ayahnya namun selalu terkendala dengan kelemahannya yaitu gagap dalam berbicara.   Kegagapannya nampaknya muncul karena trauma masa kecil bersama pengasuhnya. Mikrofon, lampu rekaman yang berwarna merah, dan banyaknya orang yang melihat, membuatnya makin tidak percaya diri dan takut dengan “bayangannya” sendiri. Bahkan untuk mengucapkan satu kata pun dibutuhkan waktu cukup lama sehingga menjadi pergunjingan rakyatnya.

Dengan bantuan istrinya Queen Elizabeth Bowes-Lyon (Helena Bonham Carter), ia menemui seorang ahli terapi wicara -Lionel Logue (Geoffrey Rush). Melalui terapi yang dijalaninya, Bertie mulai menemukan kembali rasa percaya dirinya dan teknik-teknik untuk mengatasi kegagapannya. Di balik kelemahannya, Bertie memang memiliki ketegasan dan wibawa seorang Raja yang dibutuhkan rakyatnya,  di tengah ketakutan menghadapi kemungkinan perang dengan Jerman.

Colin Firth menyajikan akting yang luar biasa dengan dialog-dialog gagap yang tampak begitu alami. Emosi yang tiba-tiba meledak dari sang raja gagap ini pun mampu mengajak penonton untuk ikut merasakan keputusasaan yang dialaminya. Jalinan hubungan antara Bertie dan Lionel dibangun setahap demi setahap melalui berbagai keraguan, adu keras kepala, perasaan dikhianati, sampai pada satu titik kepercayaan sebagai seorang sahabat. Tampaknya kali ini, Colin Firth berhasil membuktikan bahwa dia memang aktor kualitas Oscar setelah tahun lalu  dikalahkan oleh Jeff Bridges, yang menyabet gelar Aktor Terbaik lewat film Crazy Heart.

Namun, akting gagap Colin tentunya akan terasa hambar jika tidak diimbangi peran Geoffrey Rush yang mengagumkan sebagai Lionel Logue. Mimik wajah, bahasa tubuh, dan intonasi dialog yang diperankannya justru memperkuat karakter Bertie. Tak salah jika Geoffrey Rush pernah meraih berbagai penghargaan, termasuk menjadi satu dari 25 aktor yang pernah meraih Triple Crown of Acting, yaitu Academy Award, Tony Award, dan Emmy Award. Sayang, kali ini dia gagal meraih Aktor Pendukung Terbaik setelah dikalahkan oleh Christian Bale dalam film The Fighter.

Celetukan-celetukan humor ringan oleh Lionel maupun Bertie terasa pas dan berhasil ditempatkan dengan sempurna sehingga jalinan kisah tidak terasa membosankan. Tampilan gambar yang indah berkesan old style dan sesekali menampilkan cuplikan dokumenter Hitler membawa suasana pada jaman sebelum Perang Dunia II tersebut tersaji dengan baik.

The King’s Speech bukan hanya berkisah sejarah, tapi juga sisi lain seorang raja yang berjuang melawan kelemahannya, ketakutannya, sekaligus persahabatannya dengan seorang Lionel yang sederhana. Rasa-rasanya, tak salah menjadikan film ini sebagai film terbaik dengan  perangkat pemain yang luar biasa.  Sebuah tontonan yang wajib ditonton. Pa...pa...pastikan saja Anda tidak ikut menjadi ga...ga...gagap setelah menonton film ini. (Handoko Wirya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com