Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balawan Cairkan Suasana Serius dengan Humor

Kompas.com - 02/03/2011, 07:52 WIB

WOODSIDE, SAN FRANCISCO, KOMPAS.com — Gitaris dari Bali, I Wayan Balawan, kini sedang mengenalkan karyanya serta masyarakat dan budaya Bali dalam Djerassi Resident Artist Program di Woodside, San Francisco, California, Amerika Serikat, sebagai komposer tamu yang diundang oleh penyelenggara Other Minds Music Festival 2011. Dalam kegiatan-kegiatan  berbagi pengalaman bersama tujuh komposer lain dari tiga negara lain itu, Balawan, yang penuh humor, mencairkan suasana yang awalnya terkesan lebih serius.

Seperti telah diberitakan sebelumnya, penyelenggara Other Minds Music Festival, yang diadakan sejak 1993, mengundang para komposer yang mereka nilai paling kreatif dan unik dari seluruh dunia. Tahun ini atau tahun ke-16 festival tersebut, penyelenggaranya mengundang delapan komposer—Balawan mewakili Indonesia, Louis Andriessen (Belanda), Han Bennink, Kyle Gann (AS), Janice Giteck (AS), David A Jaffe (AS), Jason Moran (AS), dan Agata Zubel (Polandia).

Dari 27 Februari hingga 2 Maret 2011 waktu setempat, di Djerassi Resident, yang dibangun khusus untuk para seniman "mengasingkan diri" untuk berkarya, para komposer itu secara bergiliran mengenalkan karya mereka serta masyarakat dan budaya di mana mereka hidup. Kegiatan tersebut dipandu oleh Charles Amirkhanian, Direktur Eksekutif dan Direktur Artistik Other Minds, komunitas global musik kontemporer.

Balawan mendapat giliran pada Senin (28/2/2011) sebelum waktu makan siang, sesudah giliran Zubel. Ia didampingi oleh I Nyoman Suwida dan I Nyoman Suarsana, dua pemain gamelan Bali dari Batuan Ethnic Fusion, yang dibentuk oleh Balawan di kampung halamannya, Batuan, Sukawati, Gianyar. Balawan menggunakan gitar elektrik double neck 12 senarnya, sementara Suarsana dan Suwida mendukungnya dengan gamelan, kendang, dan suling.

Balawan menggunakan gaya workshop musik. Selain menjelaskan dengan kata-kata mengenai musiknya, yang memadukan musik modern, dalam hal ini jazz dan rock, dengan musik etnik Bali, ia mencontohkannya dengan permainan gitarnya serta permainan gamelan, kendang, dan suling Suwida dan Suarsana. Ia dibantu oleh video cuplikan pertunjukan-pertunjukannya bersama Batuan Ethnic Fusion di Tanah Air. Begitu pula ketika ia menjawab pertanyaan-pertanyaan dari mereka yang hadir—dari soal apakah sebagai gitaris ia tertarik atau tidak kepada permainan Frank Zappa hingga tentang mengapa ia tak memadu saja permainan gitarnya dengan permainan alat-alat gamelan Bali yang secara teknis laras nadanya bisa diubahnya dari pentatonik ke diatonik.

Balawan juga bercerita ringkas mengenai masyarakat dan budaya di Bali yang berkait dengan keberadaan musik tradisional Bali sampai sekarang. Kata Balawan kepada para penyimak presentasinya, di setiap banjar di Bali, sejak berusia enam tahun setiap anak sudah diajarkan memainkan alat-alat musik dalam gamelan tradisional Bali atau menyanyikan lagu-lagu tradisional Bali. Namun, seiring perkembangan zaman, lanjut Balawan, ia khawatir semakin sedikit kaum muda kini berminat kepada musik tradisional Bali. Oleh karena itu, "Saya memadukan musik modern dengan musik tradisional Bali, dengan permainan yang cepat dan dinamis, supaya anak-anak muda, khususnya anak-anak muda Bali, tetap tertarik untuk main musik tradisional Bali," tutur Balawan—dalam bahasa Inggris—di hadapan mereka yang hadir, termasuk Kompas.com.

Balawan memang memiliki misi untuk mengembangkan musik etnik Bali dan ia memilih fusion, yang lebih entertaining atau menghibur, demi memikat kaum muda, khususnya Bali, untuk memainkan musik tradisional Bali, tak terkecuali gamelan Bali.

Tidak seperti rata-rata komposer tamu yang lain, Balawan memberi presentasi tanpa berlembar-lembar partitur musiknya, meskipun ia bisa melakukannya selaku pemegang diploma Autralian Isntitute of Music, Sydney. "Saya pilih secara langsung saja, praktikkan langsung sama Suwida dan Suarsana. Kalau pakai partitur, ribet," ujarnya kepada Kompas.com menjelang giliran presentasinya.

Dalam menyampaikan presentasinya, Balawan pun lebih santai dan penuh humor ketimbang para komposer tamu yang lain. Tawa mereka yang hadir menjadi kerap mengisi ruang dalam bangunan di kawasan perbukitan tersebut. Suasana yang lebih serius pada presentasi para komposer tamu yang lain menjadi cair dalam presentasi Balawan.

Misalnya, ia menyisipkan candanya ketika menjelaskan bahwa para pemusik gamelan Bali bermain tanpa konduktor seperti dalam orkestra. "Kami bermain dengan hati, dengan saling memberi aba-aba melalui mata. Makanya, para pemain harus berteman. Kami tidak bisa bermain dengan musuh. Contohnya dengan Mr Han. Negaranya pernah menjajah negara saya," celotehnya lalu menunjuk sambil tertawa kepada Han Bennink, salah satu komposer tamu dari Belanda.

Kepada Kompas.com, Balawan memang pernah mengatakan bahwa ia merupakan "entertainer dengan penguasaan teknik bermusik yang baik."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com