Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Bagaikan Permata Buram

Kompas.com - 08/03/2011, 09:37 WIB
 Pengantar Redaksi

Inilah Superman is Dead. Band dari Bali yang membawa Indonesia memasuki anak tangga lagu Billboard dalam kategori ”Uncharted”. Dengan jumlah pendengar di internet lebih dari 1,7 juta orang, SID menduduki peringkat ke-23 dari 50 band terpopuler di dunia.

Band yang diawaki Jerinx (33, I Gede Ari Astina, drum), Eka Rock (35, I Made Eka Arsana, bas), serta Bobby Kool (33, I Made Putra Budi Sartika, vokal dan gitar) terus bergerak dan semakin eksisnya di dunia musik. Tidak melulu di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara, dari Australia, Singapura, dan Amerika Serikat. Misinya: melakukan perlawanan terhadap sistem yang bobrok.

Apakah SID akan tetap konsisten dengan memainkan punk rock atau suatu hari nanti akan menyesuaikan diri dengan pasar? (Teddy Hutabarat, xxxx@yahoo.com)

Bagi SID, punk rock adalah gagasan untuk mengubah sesuatu menjadi ideal dengan apa yang kita percaya. Musik SID bisa saja berubah, tetapi selama perubahan itu tidak menumpulkan perjuangan gagasan yang kita percaya, sah-sah saja jika ada sedikit perubahan.

Kenapa pakai nama ”Superman is Dead”? (Sugeng Riyadi, xxxx@yahoo.co.id)

Kami memilih nama SID karena musik kami memiliki pesan yang sangat jarang diangkat oleh band-band Indonesia. Dipilih bernama SID karena kami tidak percaya akan konsep manusia sempurna. Semua manusia pasti memiliki sisi gelap dan terang, serta obsesi menjadi manusia sempurna. Contohnya di Indonesia, mereka yang mengklaim diri paling benar/sempurna malah lebih sering menindas yang lemah dan yang tak sepemikiran.

Bli, kalau tidak manggung ada pekerjaan sampingan, ya? (I Gusti Bagus Raka DY, Bandung)

Selain bermusik, personel SID memiliki bidang usaha sendiri-sendiri. Bobby adalah seorang graphic designer sekaligus owner brand Electrohell. Selain itu, dia juga memiliki studio rekaman Electrohell. Eka adalah seorang pakar IT, pemilik warnet V8 yang juga menyelami fotografi dan bisnis makelar. Saya sendiri, selain penulis, memiliki Twice Bar/Diner/Tattoo, penyewaan papan surfing dan Rumble Clothing.

Bagaimana cara SID membuktikan kepada publik bahwa band yang sehari-sehari berada di Bali (jauh dari Jakarta) bisa bersaing sehat dan sukses seperti band- band yang ada di sekitar media? (VJ Ianz, xxxx@yahoo.co.id)

Satu-satunya cara ya dengan menunjukkan prestasi dan hal-hal positif. Kami percaya di era internet seperti ini, jarak bukanlah masalah besar jika kamu sudah memiliki reputasi yang dibangun atas dasar integritas dan kerja keras, bukan atas dasar popularitas jalan pintas semata.

Menurut SID pribadi, pencapaian terbesar SID sepanjang karier yang tak terlupakan? (Virtuoso, xxxx@yahoo.com)

Yang tidak bisa kami lupakan adalah ketika mengikuti Vans Warped Tour keliling Amerika Serikat tahun 2009. Selama sebulan kita manggung di 16 kota di sana. Bermain satu arena dengan band-band seperti Bad Religion, Anti Flag, dan NOFX adalah mimpi besar yang menjadi kenyataan. Walaupun tidak semua berjalan mulus dan sempurna, hal-hal yang kami dapat selama tur tidaklah tergantikan oleh apa pun juga.
Kalau ulah fans paling gila ada banyak macamnya: dari yang nekat kabur dari rumahnya di Jawa untuk mencari kami di Bali; seorang ibu menelepon SID saat dia sedang dalam proses melahirkan, sampai yang menato tubuhnya dengan gambar SID.

Ketika seluruh dunia sudah mengenal kalian, perlawanan seperti apa yang ingin kalian lakukan? (Yendra Apriyanto, xxxx@yahoo.co.id)

Perlawanan terhadap generalisasi. Apa pun yang bersifat generalisasi, terutama yang negatif, kami akan selalu mencoba tampil sebagai tandingannya.

Berdasarkan rumor yang berkembang, Jerinx bersama band keduanya, yaitu DevilDice, akan merilis album tahun ini. Apakah ada rasa khawatir? (Annisya Primawindy, Ciputat, Tangerang)

Eka Rock: Kami tahu mengapa kami di Superman Is Dead sampai sejauh ini. Mengenai JRX dengan Devildice-nya, bukan merupakan kekhawatiran, saya percaya JRX bisa memikirkan skala prioritasnya, dari sejak berdiri pun saya support Devildice, bahkan pernah mewakili mereka sebagai manajernya.

Bobby Kool: Tidak sama sekali karena kita tidak pernah membatasi atau mengekang salah satu personel SID untuk berekspresi, apalagi membuat sesuatu yang bersifat seni. Kita tahu mana yang ditotalitaskan dan mana yang segmentaris.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com