Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjadi "Kartini" untuk Perempuan Desa

Kompas.com - 20/04/2011, 13:08 WIB

KOMPAS.com - Memeringati Hari Kartini menjadi refleksi bagi perempuan di kawasan perkotaan untuk berkontribusi memberdayakan perempuan lain. Pasalnya, mereka punya akses luas terhadap pendidikan atau kesempatan mengembangkan diri. Namun bagaimana dengan kaum hawa di desa?

Perempuan di desa mengalami berbagai hambatan dalam mengembangkan dirinya. Lingkaran kemiskinan yang terjadi karena ketidaktahuan, kematian maternal karena tak mendapat akses pelayanan kesehatan, trafficking karena minimnya pendidikan, hingga hambatan sosial yang menjadikan mereka sebagai warga kelas kedua dan membuat mereka tak percaya diri.

Tugas perempuan, terutama mereka yang memiliki akses lebih baik, adalah membantu perempuan lain membangun dirinya. Setidaknya inilah bentuk kontribusi perempuan masa kini. Menurut Ketua Dharma Wanita Persatuan Pusat, Nina F Moeloek, perempuan bisa memengaruhi orang lain.

"Dengan memiliki tujuan bersama, bergerak bersama, perempuan bisa saling mengarahkan. Perempuan bisa menjadi agen perubahan," jelas Nina, di seminar bertema "Perempuan Menatap ke Depan", dalam rangkaian Women's Week 2011 untuk memeringati Hari Kartini, di Senayan City, Jakarta, Rabu (20/4/2011).

Pada kesempatan yang sama, Direktur Ruang Mitra Perempuan (Rumpun), Nila Wardani menekankan, perempuan perlu saling menguatkan, bukan melemahkan. Rumpun yang melakukan pendampingan perempuan di kabupaten Malang, Jawa Timur, menunjukkan pentingnya kontribusi perempuan ini.

"Perempuan harus melakukan perubahan, terutama di desa," katanya.

Di desa, Lanjut Nila, perempuan tereksploitasi dalam ranah domestik, sehingga tak punya waktu untuk dirinya sendiri. Ketika perempuan menjadi buruh, mereka dibayar rendah. Perempuan petani, terpinggirkan karena lemah dalam hal informasi dan teknolog.

"Pendekatan pembangunan di desa tidak berpihak pada perempuan. Perempuan tidak punya akses terhadap pemberdayaan. Kepentingan perempuan tidak diakomodasi oleh kebijakan politik," jelas Nila.

Perempuan di desa juga rentan kekerasan, selain berpotensi terpinggirkan karena kurang gizi, tidak mendapat akses pendidikan lantaran ekonomi rendah, serta terjebak dalam kondisi "nrimo", pasrah, dan tidak percaya diri tampil dalam ranah publik.

"Kegiatan perempuan di desa lebih berbasis agama dan PKK, mereka tidak mengenal organisasi untuk memberdayakan diri," lanjutnya.

Karenanya, perempuan desa membutuhkan pelatihan dan pendampingan untuk mencerdaskan dirinya sebagai warga negara. Dengan begitu, perempuan bisa menjadi pemimpin atau berpengetahuan memilih pemimpin yang memerhatikan kepentingan perempuan.

Dalam sesi terpisah, Nina menegaskan status perempuan perlu diangkat. Salah satu caranya, perempuan perlu mendapatkan akses pendidikan berbasis pengetahuan. "Saat ini banyak perempuan berkinerja, dan tak sedikit yang tampil dalam level internasional. Ini perlu terus didorong. Mulai dari diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Perangi kemiskinan, angkat status perempuan, dan perempuan tidak boleh menjadi second class," tandas Nina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com