Ia menyajikan monolog khusus dalam adegan yang menggambarkan suasana ketegangan tentara Hindia Belanda sebelum rencana penculikan Diponegoro. Ketegangan itu berakhir dengan pesta tak terkendali karena semua orang mabuk.
”Menjadi bagian dari pementasan ini merupakan kebahagiaan tersendiri, pencapaian yang baik bagi saya. Apalagi, pementasan ini sudah berkali-kali dan baru kali ini saya mendapat kesempatan untuk menjadi salah satu bagiannya. Untuk latihan, saya diberi waktu sebulan,” katanya.
”Dia meminang saya, jangan tanya apa pertimbangannya. Saat itu langsung saja saya iyakan,” ujarnya. Baginya, peran sebagai diva mabuk itu sungguh menantang.
”Dalam pementasan ini, saya melihat pergulatan batin dan perjuangan spiritual Pangeran Diponegoro sebagai pahlawan. Ada kalimat-kalimat kegelisahan yang kemudian menyadarkan kita bagaimana cara berperang, bagaimana memperjuangkan bangsa kita sendiri,” kata Happy. (SIE)
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.