Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Film dan Komunisme di Mata Sutradara Bandel

Kompas.com - 11/04/2012, 10:46 WIB

  Sosok Misbach Yusa Biran memang luar biasa. Ia pelaku sejarah di dunia perfilman nasional.  Gagasan dan pemikirannya mewakili siapa dirinya. Herman Hasyim, salah seorang Kompasianer pernah menyajikan sebuah tulisan yang mencoba menggambarkan Misbach dan pemikirannya. Untuk mengingatnya kembali, redaksi menayangkan kembali tulisan yang pernah dimuat di Kompasiana pada 19 September 2010.

“Anak saya sekarang tidak tahu apa PKI itu, bahwa PKI memang pernah ada. Bahkan orang-orang yang lebih dewasa dari dia percaya pada kebohongan komunis bahwa PKI itu hanya “setan” yang dibikin oleh ABRI.” (H Misbach Yusa Biran: 2008)

dokumen Media Indonesia
Ilustrasi: dokumen Media Indonesia

Mari membaca pikiran H Misbach Yusa Biran, seorang sutradara dan penulis skenario kawakan, salah satu pendiri Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Institut Kesenian Jakarta (IKJ) serta Ketua Sinematek, melalui memoarnya: Kenang-kenangan Orang Bandel.

Suatu kali di penghujung tahun 1960-an, sutradara berdarah Minang-Banten itu memutuskan untuk berhenti bekerja di dunia film. Dia menilai film-film yang diproduksi sineas Indonesia sudah jauh melenceng dari idealismenya. Nyaris seluruh film berbumbu pornografi, diembel-embeli “sex education” pula, supaya laku di bioskop. Hanya segelintir film yang dibikin sesuai dengan “ciri kepribadian nasional kita”.

Dalam situasi demikian, Misbach mendapat tawaran untuk membuatkan film buat Pusroh Islam Angkatan Darat. Meski menurutnya dana untuk film itu amat kecil, suami artis Nani Widjaja ini setuju menulis skenarionya. Film itu akan berisi dakwah untuk kalangan militer, khususnya Angkatan Darat. Karena berisi dakwah, Misbach berpikir bahwa film itu harus ada relevansinya dengan keadaan militer kala itu, yakni sedang menghadapi berbagai gerakan di bawah tanah dan gerilya sisa-sisa PKI (Partai Komunis Indonesia).

Maka, Misbach membikin skenario film berjudul Operasi X. Isinya menuturkan tugas rahasia seorang anggota RPKAD yang diselundupkan ke sarang gerakan bawah tanah PKI untuk bisa membongkar jaringan mereka. RPKAD, cikal bakal Kopassus, adalah adalah Resimen Para Komando Angkatan Darat. Ketika di bawah kendali Sarwo Edhi Wibowo (mertua Presiden SBY), RPKAD berperan besar dalam penumpasan PKI.

H Misbach Yusa Biran punya sikap yang jelas dan tegas terhadap komunisme. Alasan utama penolakannya terhadap ideologi ini adalah dasar falsafahnya, yang menurut Misbach, anti-Tuhan. Padahal, agama bagi Misbach adalah pandangan dan jalan hidup yang tak boleh ditiadakan dalam segala sendi kehidupan, termasuk di dunia film.

Komunisme sendiri bukan barang asing bagi Misbach dan keluarganya. Ayah ibunya bertemu dan menikah di Digul, pedalaman Papua, sebagai orang buangan penjajah Belanda. Ibunya terpaksa tinggal di sana untuk mengikuti kakek Misbach, seorang yang taat beragama, yang dihukum karena dituduh terlibat dalam pemberontakan komunis di Banten tahun 1926.

Tentang hal ini, Misbach menulis:

Setelah pemberontakan rakyat dengan bendera komunis sekitar tahun 1926, maka semua orang yang melawan Belanda disebut komunis. Kemudian orang-orang yang merasa dirinya sebagai pihak yang menantang Belanda dan aparatnya atau merasa dirinya patriot menamakan diri sebagai “orang komunis”. Mana mungkin para kyai atau orang yang taat ibadah seperti kakek saya bisa menerima paham komunis yang dasar falsafahnya anti-Tuhan?

Diakuinya, ide kalangan komunis yang tidak mau kooperatif dengan Belanda dan berpendirian merebut kekuasaan dengan kekerasan sangat sesuai bagi orang Banten. Karena itu, tidak mengherankan pula bila nama Misbach yang disandangnya berasal dari nama Haji Misbach—tokoh Banten yang terkenal kegigihannya melawan Belanda dan disebut-sebut berhaluan komunis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com