Sutradara Tim Burton meramu horor, komedi, dan satire menjadi hiburan menarik dalam
Kekocakan ditampilkan
Film ini dibuka dengan narasi yang mengantar penonton memahami kutukan keluarga Collins. Narasi dipadu dengan visualisasi indah, bukan hanya lanskap, tetapi juga wajah Johnny Depp sebagai pemeran Barnabas Collins yang dipoles muda, mulus, dan segar di awal cerita.
Berlatar abad ke-18, keluarga Collins datang dari Inggris ke tanah Amerika, membangun kota pelabuhan ikan, Collinsport. Barnabas muda jatuh hati pada Josette (Bella Heathcote) dan menampik cinta Angelique (Eva Green). Dibakar dendam, Angelique menggunakan sihir untuk membunuh Josette. Ia juga mengutuk Barnabas menjadi vampir dan menguburnya.
Setelah segmen pembuka yang mencekam, irama riang The Carpenters mengantar penonton menikmati kesegaran pemandangan Collinsport pada tahun 1972, dua abad kemudian. Dari sini cerita bergulir. Barnabas ”hidup” kembali. Ia kembali ke Collinswood, rumah megah keluarga Collins. Elizabeth Collins (Michelle Pfeiffer) dan adiknya Roger (Jonny Lee Miller) mewarisi istana itu.
Pada beberapa bagian, cerita terasa dipaksakan berpanjang-panjang. Namun, kelemahan plot ini tertolong oleh dialog yang cukup kuat, terutama pada sosok Barnabas yang masih berbahasa dan berlogat aristokrat London abad ke-18 di tengah populasi masyarakat Amerika tahun 1970-an. Salah satunya, ketika berbincang soal perasaan damai dengan kelompok anak muda antiperang yang akan dimangsanya. Sebagai vampir, Barnabas memang membunuh karena haus darah. Tetapi, ia juga sosok konservatif yang berhati lembut, terutama pada keluarganya.
Di balik komedi, film ini menyisipkan banyak ”pesan” serius, antara lain tentang konflik keluarga serta relasi dendam-cinta Barnabas dan Angelique—penyihir yang tetap muda selama dua abad.
Karakter Barnabas—lengkap dengan gaya bicara dan bahasa tubuhnya—seolah dibuat khusus untuk Depp. Padahal,
Meski terasa pas, penampilan Depp terkesan tanpa kejutan. Tak lebih dan tak kurang dari dari bayangan tipikal Depp bila jadi vampir.