Trio Macan
Inul menjadi salah contoh bagaimana televisi merekam realitas dangdut di masyarakat dan menjadikannya bintang panggung televisi. Inul yang bernyanyi dari desa ke desa itu kemudian menjadi primadona televisi tahun 2003. Inul mengandalkan lagu antara lain "Cucak Rowo", "Bojo Loro" (artinya bersuami dua), plus lagu-lagu milik Tarantula seperti "Colak-Colek" sampai "Goyang Senggol" karya Reynold Panggabean yang memang laris di pentas dangdut sampai hari ini.
Trio Macan termasuk penyanyi yang muncul setelah gelombang popularitas Inul. Produser Agi Sugiyanto tertarik pada penampilan mereka tahun 2004 di Jatim. Ia mengarahkan Trio Macan untuk konsumsi tontonan televisi karena penampilan para awak yang secara visual mempunyai daya tarik. "Vokal mereka standar dangdut, tetapi penampilan mereka di panggung mencuri perhatian saya," kata Agi.
Belakangan, televisi melakukan pengetatan seputar penampilan penyanyi dalam aksi panggungnya. Trio Macan pun diarahkan untuk tampil dengan citra elegan dengan tata gerak yang melibatkan koreografer. "Koreo(grafi) tidak lagi acak-adut. Yang nungging-nungging itu sudah enggak ada lagi," kata Agi tentang penampilan Trio Macan untuk konsumsi televisi.
Dengan kiat tersebut, "Iwak Peyek" membuktikan televisi kembali ke rakyat. (BSW/XAR)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.