Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengembalikan "Iwak Peyek" ke Pasar

Kompas.com - 20/05/2012, 17:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Setelah "Alamat Palsu" dari Ayu Tingting, kini "Iwak Peyek"-nya Trio Macan meramaikan panggung dangdut televisi. Industri hiburan televisi memang membutuhkan suntikan lagu baru yang meledak di masyarakat.

"Iwak Peyek" terbukti menjadi nyanyian rakyat di kampung, pasar, sampai kantor-kantor. Lagu yang tercatat sebagai gubahan H Imron itu, sebelum kondang seperti hari ini, adalah lagu sorak pendukung tim sepak bola di Jawa Timur. Trio Macan kemudian memopulerkannya di panggung hiburan dan televisi.

Lirik lagunya sederhana, berupa pantun yang bisa diganti-ganti sesuai situasi. Melodinya mudah dilantunkan. Bagian dari alur melodi "Iwak Peyek" secara sepintas mengingatkan pada lagu "Hooray! Hooray! It’s a Holi-Holiday" dari Boney M yang pernah populer pada awal 1980-an. Produser acara "Kembali Dangdut" di Antv, Bejo Sumaryono, mencatat lagu yang meriah di masyarakat mempunyai ciri seperti "Iwak Peyek" tersebut. "Lagunya enteng dan orang tidak perlu mikir. Orang kan cari hiburan," kata Bejo.

Lagu-lagu berkategori serupa yang pernah meledak di masyarakat antara lain "SMS", "Kucing Garong", "Keong Racun", "Cinta Satu Malam", dan "Alamat Palsu". Pada awal era 2000-an, "Cucak Rowo" termasuk menjadi lagu wajib pentas dangdut di televisi. Lagu-lagu yang meledak di masyarakat itulah kemudian diangkat ke televisi dan menjadi semakin merakyat.

Pengalaman Direktur Program dan Produksi MNC TV Endah Hari Utari menunjukkan, dangdut televisi biasanya dipicu oleh lagu baru yang diterima pasar secara luas. Juga oleh munculnya penyanyi baru yang dianggap fenomenal. Untuk lagu, televisi tidak peduli siapa penyanyinya, entah itu artis lama atau baru. Sejauh lagu tersebut meledak, televisi pasti akan mengangkatnya.

Bagaimana jika tidak ada lagu baru? "Kami akan memanfaatkan lagu-lagu dangdut lama yang abadi. Lagu yang abadi pasti ada pendengarnya," kata Utari.

Dinamika daerah
Televisi cukup peka mendengar nyanyian rakyat di daerah. Bejo Sumaryono, produser acara "Kembali Dangdut" di Antv, menyebut Jawa Timur sebagai tambang emas dangdut paling potensial. Dari Jatim pula, muncul bintang dangdut seperti Inul Daratista dan Uut Permatasari.

Dalam rangka mencari kesegaran dangdut itu pula, MNC juga rajin menggelar konser dangdut di berbagai daerah. Mereka menguping lagu yang sedang disukai masyarakat, selain juga melirik calon bintang yang bisa diangkat ke industri televisi. "Istilah kasarnya, kami sampai mengorek-korek lagu dan penyanyi ke daerah," kata Utari.

Produser PT Media Musik Proaktif Agi Sugiyanto juga mengaku banyak berburu lagu dan artis dari daerah, termasuk Jatim. Dari Jatim pula, Agi mendapat Trio Macan. Belakangan dari Jatim pula ia juga mendapat "Iwak Peyek".

Karena alasan mendekati habitat dangdut di tengah kehidupan rakyat itu pula, Indosiar sengaja menggelar program "Konser Dangdut" di sejumlah daerah. Acara tersebut diberi tajuk sesuai lokasi konser, seperti "Konser Goyang Tangerang", "Konser Goyang Depok", atau juga "Konser Goyang Bogor". Rupanya, respons penonton cukup tinggi. Manajer Humas Indosiar Gufron Sakaril menyebut rating terbagus pernah mencapai 2,3 dan share 14,8 persen pada 10 Februari. "Rata-rata selama 4 bulan berjalan rating 1,7 dan share 11,6 persen," kata Gufron. Ia menambahkan, sasaran penonton acara tersebut adalah keluarga, kelas B, C, dan kelas D.

Trio Macan
Inul menjadi salah contoh bagaimana televisi merekam realitas dangdut di masyarakat dan menjadikannya bintang panggung televisi. Inul yang bernyanyi dari desa ke desa itu kemudian menjadi primadona televisi tahun 2003. Inul mengandalkan lagu antara lain "Cucak Rowo", "Bojo Loro" (artinya bersuami dua), plus lagu-lagu milik Tarantula seperti "Colak-Colek" sampai "Goyang Senggol" karya Reynold Panggabean yang memang laris di pentas dangdut sampai hari ini.

Trio Macan termasuk penyanyi yang muncul setelah gelombang popularitas Inul. Produser Agi Sugiyanto tertarik pada penampilan mereka tahun 2004 di Jatim. Ia mengarahkan Trio Macan untuk konsumsi tontonan televisi karena penampilan para awak yang secara visual mempunyai daya tarik. "Vokal mereka standar dangdut, tetapi penampilan mereka di panggung mencuri perhatian saya," kata Agi.

Belakangan, televisi melakukan pengetatan seputar penampilan penyanyi dalam aksi panggungnya. Trio Macan pun diarahkan untuk tampil dengan citra elegan dengan tata gerak yang melibatkan koreografer. "Koreo(grafi) tidak lagi acak-adut. Yang nungging-nungging itu sudah enggak ada lagi," kata Agi tentang penampilan Trio Macan untuk konsumsi televisi.

Dengan kiat tersebut, "Iwak Peyek" membuktikan televisi kembali ke rakyat. (BSW/XAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com