Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Menjadi Penentu Pilihan Rakyat

Kompas.com - 07/06/2012, 03:18 WIB

Hasil jajak pendapat dalam dua pekan terakhir memperlihatkan, pemilu presiden Amerika Serikat pada 6 November mendatang akan menjadi ajang persaingan sengit antara Presiden petahana, Barack Obama, dan calon lawannya dari Partai Republik, mantan Gubernur Massachusetts Mitt Romney.

Dari hasil jajak pendapat terlihat pemilih terbelah di antara kedua kandidat dengan jumlah yang nyaris sama. Pemilih akan memilih kandidat yang memiliki pandangan politik-ekonomi yang cocok dengan yang mereka yakini. Dalam bidang ekonomi, jajak pendapat memperlihatkan bahwa kedua kandidat memperoleh dukungan yang sama, yakni 46 persen. Hal itu memperlihatkan, isu ekonomi akan menjadi penentu yang memutuskan siapa yang menjadi pemenang.

Mau tak mau Obama harus berpikir lebih keras untuk meyakinkan rakyat dengan hasil yang telah dicapainya Namun, Obama diuntungkan berkat posisinya sebagai petahana.

Kenneth M Duberstein, mantan Kepala Staf Gedung Putih pada era Presiden Ronald Reagan di akhir dekade 1980-an kepada Voice of America, mengatakan, presiden yang sedang berkuasa selalu diuntungkan.

”Namun, Obama juga tahu bahwa masalah ekonomi belum sepenuhnya teratasi. Pemilih Amerika selalu memilih berdasarkan isu yang mereka catat pada buku saku mereka. Kalau saya orangnya Obama, saya akan berdoa agar ekonomi membaik dalam 7 bulan ke depan,” katanya.

Partai Demokrat sangat menyadari ketidakpuasan masyarakat terhadap ekonomi dalam negeri. Salah satu strategi kampanye Obama adalah agar pemilu November itu nanti tidak semata menjadi referendum terhadap prestasinya sebagai presiden dalam tiga tahun terakhir, tetapi pilihan atas pandangan politik-ekonomi Obama dan Romney dalam memajukan AS sebagai bangsa dan negara.

Perbedaan utama adalah penolakan Romney pada undang-undang layanan kesehatan Obama. Kubu Republik berpendapat, layanan kesehatan adalah urusan masing-masing orang, sedangkan Obama berpendapat layanan kesehatan adalah universal yang harus didapatkan semua rakyat Amerika.

Perbedaan kedua calon juga terlihat dalam konsep kekuasaan dan besaran birokrasi pemerintah. Analis politik Rhodes Cook mengatakan, rakyat yang akan menentukan sesuai pandangan politik-ekonomi mereka. ”Kasusnya bukan lagi pada siapa yang dipilih menjadi presiden, tetapi falsafah berbangsa dan bernegara masing-masing calon yang cocok dengan pandangan pemilih.”

Gar Alperovitz, pejabat senior Departemen Luar Negeri AS dalam bukunya America Beyond Capitalism, mengatakan, falsafah ekonomi AS sekarang ini bercorak hibrida ketika kapitalisme mengalami krisis, seperti terlihat pada ambruknya lembaga keuangan dan bank besar di Wall Street sejak tahun 2008. Adapun upaya agar AS lebih sosialis moderat mengalami banyak kendala. (Herman Hakim, Koresponden Kompas di Washington DC)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com