Andrea Hirata Tak Mau Tanggung-tanggung Berkarya

JAKARTA, KOMPAS.com — Penulis novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata, tak mau tanggung-tanggung berkarya. Oleh sebab itu, ia tak mau mundur lagi ke belakang. Apa yang sudah diputuskannya akan terus didukung dan disetujui. Namun, ia tetap selektif dan menjaga kualitas.

"Saat Laskar Pelangi akan difilmkan, saya silakan saja. Begitu juga saat Laskar Pelangi akan dibuat musikalisasi, serial di televisi atau song book, dan lainnya. Saya tidak akan melarang atau mundur ke belakang. Namun, saya akan ikut menentukan siapa penulis skenarionya, pemain, dan lainnya agar tidak tanggung-tanggung dan bermutu yang dibuatnya," tandasnya kepada Kompas, Selasa (26/6/2012) di Jakarta.

Song Book Laskar Pelangi, Senin (25/6/2012) malam, diluncurkan oleh penerbitnya, Bentang Pustaka, di sebuah kafe di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Peluncuran ini dibarengi peluncuran film Edensor yang mengisahkan petualangan Ikal dan Arai, tokoh Laskar Pelangi, di Eropa setelah sukses kuliah di Perancis.

Menurut Andrea, Song Book Laskar Pelangi menceritakan kecintaannya pada tanah kelahirannya yang kemudian menginspirasi karya-karyanya, diawali dengan Laskar Pelangi. Selain pernak-pernik kisah, buku ini juga memuat lagu-lagu karya Andrea Hirata berikut partiturnya. Lagu-lagu tersebut sebagian menjadi soundtrack Laskar Pelangi The Series, yang dibawakan oleh Meda dan Cut Niken.

Andrea mengaku, produksi generik nama Laskar Pelangi bukan untuk mengomersialisasi Laskar Pelangi. Namun, untuk memperluas jangkauan pembaca atau penonton Laskar Pelangi yang ada di desa-desa atau daerah terpencil.

"Banyak daerah kecil yang tidak ada toko bukunya. Tidak mungkin orang membaca buku Laskar Pelangi jika tidak ada toko buku yang menjualnya. Jadi, saya buat dalam film atau serial televisi dan CD atau DVD agar mereka di daerah juga bisa menonton dan tahu seperti apa Laskar Pelangi itu," ungkapnya.