Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dewi Lestari Tak Percaya Ada Formula Khusus Jadikan Buku "Best-Seller"

Kompas.com - 29/06/2012, 11:38 WIB
Suhartono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Penulis novel Supernova yang laris manis, Dewi Lestari Simangunsong, tak percaya ada formula khusus maupun baku untuk menjadikan sebuah buku best-seller. Kalau saja ada rumusnya, menurut Dewi hal itu tentu sudah dipakai oleh semua penerbit dan semua buku untuk menjadi best-seller.

"Saya rasa itu adalah gabungan kompleks antara timing, tema, pemasaran, selera masyarakat, dan masih banyak lagi faktor lain, yang jika dirangkum dengan satu kata mungkin menjadi: keberuntungan," tandasnya kepada Kompas, melalui surat elektronik, Jumat (29/6/2012) pagi ini.

Menurut Dee—panggilan akrab Dewi, banyak buku dipromosikan dengan gencar, tetapi sambutannya biasa-biasa saja. Sebaliknya, banyak juga buku yang tahu-tahu mencuat padahal ditulis oleh penulis baru, dan tidak menggunakan biaya promosi yang besar.

"Jadi, saya tidak tahu persis apa yang membuat buku saya best-seller. Walaupun pada titik ini, di mana saya telah berkiprah menulis sejak 11 tahun sejak 2001, otomatis ada faktor loyalitas pembaca dengan buku saya," tambahnya.

Yang jelas, lanjutnya, bagi dirinya, yang terpenting adalah membuat buku yang mampu menstimulasi dirinya sendiri. "Prinsip saya sederhana, yakni menulis buku yang ingin saya baca. Jika ternyata banyak orang lain yang baca, barangkali mereka punya kesamaan minat dengan saya, hingga akhirnya mereka bisa relate dengan karya saya, yang artinya mereka tertarik pada substansinya," jelasnya.

"Diksi dan kemampuan mengolah bahasa juga menjadi hal penting. Ide besar dan cemerlang, tetapi ketika dibungkus dengan bahasa yang tumpul atau berantakan, tentu tidak jadi menarik lagi. Jadi, kedua hal itu sama pentingnya," papar Dee, yang setiap proses menulis, dengan bergantung kebutuhan cerita, selalu dilakukan riset dengan berbagai metode.

Dee mengatakan, metodenya mulai dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain yang kemudian diwawancara, dilakukan riset pustaka, riset internet, dan sebagainya. "Saya merasa harus mengenal dengan baik apa yang saya tulis, karakter yang saya ciptakan, dan lingkungan mereka. Dengan demikian, barulah pembaca pun bisa teryakinkan. Jadi, unsur believability juga penting," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com