Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Goa Cinta, Cinta, Cinta

Kompas.com - 08/07/2012, 04:29 WIB

Budi Suwarna

”Love”. Kata itu tertempel di dinding kamar tidur Irianti Erningpraja (45) dalam ukuran cukup besar. Dia ingin kata pertama yang dia lihat dan ingat saat bangun tidur adalah cinta, cinta, dan cinta. Mengapa cinta?

”Buat aku, cinta dan kasih sayang adalah golden rule dalam kehidupan kita. Semua agama, kan, mengajarkan cinta dan kasih sayang,” tutur Irianti, penyanyi dan pencipta lagu terkenal tahun 1980-an yang sekarang menjadi aktivis pengembangan diri dan kecerdasan spiritual.

Rencananya, tulisan love yang dibuat dari kertas hias warna abu-abu itu akan dia bingkai. ”Yang ini baru asal tempel,” kata Irianti menunjuk kata love di dinding kamar tidurnya.

Lewat kata cinta, Irianti ingin menebarkan energi positif di rumah itu. Rumah dengan cinta, lanjut Irianti, akan terasa nyaman dan sejuk. Rumah tidak mengintimidasi dan tidak mendorong penghuninya untuk saling berkompetisi. ”Kalau dianalogikan, rumah penuh cinta seperti orangtua yang rendah hati dan bijaksana,” tutur Irianti sambil menyunggingkan senyum.

Rumah Irianti di kawasan Pejaten Barat, Jakarta Selatan, adalah rumah tua berukuran besar. Luas bangunannya sekitar 400 meter persegi, sedangkan tanahnya 1.400 meter persegi. Meski tua, rumah itu terasa nyaman di tengah kota metropolitan Jakarta yang udaranya kian gerah. Itu semua karena pohon mangga, salam, palem, jambu, tanaman rambat, dan rumput hijau yang tumbuh subur di halaman depan rumah Irianti mengirimkan keteduhan.

Di samping rumah, suasana terasa lebih teduh dan segar oleh kolam renang kecil yang airnya jernih kebiruan. Irianti sering memandang kolam itu dari jendela kamar. Mungkin dia ingin mengenang lagi masa remajanya sebagai perenang nasional.

Irianti menempati rumah tersebut tahun 2002. Rumah itu, kata Irianti, adalah rumah warisan orangtuanya (ayahnya Raden Ahem Erningpraja adalah menteri perburuhan di era pemerintahan Soekarno). Isi rumahnya pun warisan dari orangtua dan lungsuran dari kakaknya. ”Jumlahnya banyak sekali sampai rumah ini enggak bisa menampung. Sebagian akhirnya saya berikan ke orang lain.”

Irianti sedapat mungkin memantas-mantaskan perabotan lungsuran itu. ”Yang penting kelihatan ada seninya meski barangnya kadang enggak nyambung,” kata Irianti diikuti tawa.

Kamarku, goa

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com